Kebanyakan orang pakai obat nyamuk bakar semalam suntuk di kamar. Itu salah. Yang paling baik obat nyamuk bakar dibakar magrib satu sampai dua jam saja, setelah itu matikan terus sapu kamarnya

Jakarta (ANTARA News) - Ukuran tubuh kebanyakan spesies nyamuk memang hanya beberapa milimeter saja, tapi gangguan yang mereka timbulkan pada manusia bisa sangat besar.

Serangga ini ada dimana-mana. Mereka menghisap darah manusia dengan gigitan yang meninggalkan rasa gatal menyebalkan lalu terbang dalam hitungan milidetik.

Ketika tidak menggigit pun, dengungan kepak sayapnya bisa membangunkan orang yang sedang tidur nyeyak.

Selain gangguan-gangguan itu, beberapa jenis nyamuk menjadi perantara penularan penyakit penyebab jutaan kesakitan dan kematian di dunia, termasuk di antaranya yang masuk genus Anopheles dan Aedes.

Nyamuk Anopheles membawa penyakit malaria serta menularkan filariasis (kaki gajah) dan encephalitis.

Di Indonesia, parasit Plasmodium penyebab penyakit malaria menular melalui gigitan nyamuk betina jenis Anopheles sundaicus, Anopheles aconitus, Anopheles barbirostris, Anopheles kochi, Anopheles maculatus, Anopheles subpictus, dan Anopheles balabacensis.

Selain menularkan malaria, nyamuk jenis Anopheles barbirotris juga bisa menjadi vektor penyakit filariasis.

Nyamuk penebar penyakit yang lain adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Aedes aegypti betina menyebarkan virus dengue yang menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue (DBD). Sedang Aedes albopictus menularkan penyakit demam kuning, demam dengue dan chikungunya.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyatakan tahun 2012 setidaknya ada 207 juta kasus malaria dan sekitar 627.000 di antaranya berakibat kematian.

Di Indonesia, menurut data Kementerian Kesehatan, angka penularan parasit malaria (Annual Parasite Incidence/API) sudah turun dari 4,68 kasus per 1.000 penduduk pada 1990 menjadi 1,38 kasus per 1.000 penduduk tahun 2013. Angka kejadian positif malaria tahun 2013 sebanyak 343.527 kasus dan 45 di antaranya mengakibatkan kematian.

Sementara jumlah penderita filariasis dengan manifestasi limfedema/elephantiasis/hidrokel selama kurun waktu itu 12.714 orang. Meski jumlah kasusnya relatif sedikit, penanggulangan penyakit ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah daerah karena tidak menimbulkan kematian.

Hanya angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih cukup tinggi di Indonesia.
Menurut data Kementerian Kesehatan, selama tahun 2013 ada 112.511 kasus DBD dengan angka kematian 0,77 persen (871 kematian).

Kejadian infeksi dengue di seluruh dunia juga masih tinggi. WHO memperkirakan setiap tahun ada 50 juta sampai 100 juta kasus infeksi dengue di seluruh dunia.


Strategi menghadapi nyamuk

Seperti makhluk hidup lain, nyamuk juga berubah bersama berjalannya waktu.

Lingkungan dan iklim yang berubah membuat perilaku nyamuk berubah, populasinya makin padat, dan jangkauannya makin jauh meski kekuatannya menularkan penyakit menurut konsultan nasional WHO Prof Dr Mohammad Sudomo sama saja.

Beberapa faktor, seperti resistensi terhadap insektisida, memang membuat intervensi untuk mengendalikan nyamuk-nyamuk penyebar penyakit ini sedikit berubah, setidaknya dalam hal penggunaan dan pemilihan insektisida.

Namun strategi pencegahan dan pengendalian penyakit yang menular melalui gigitan nyamuk secara keseluruhan tidak banyak berubah, bahkan dengan teknologi yang kini berkembang pesat.

Upaya untuk memutus rantai penularan penyakit-penyakit tersebut sampai sekarang masih difokuskan pada pengendalian vektor.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan pengendalian vektor DBD antara lain dilakukan dengan menggiatkan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui gerakan 3M Plus di setiap rumah tangga.

Gerakan 3M Plus meliputi kegiatan menguras dan menyikat tempat penampungan air secara rutin, menutup rapat tempat penampungan air serta mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan plus beberapa upaya memberantas tempat perkembangbiakan nyamuk.

Upaya pemberantasan tempat perkembangbiakan nyamuk dilakukan dengan secara rutin mengganti air pada vas bunga, memperbaiki saluran air, membubuhkan bubuk pembunuh jentik (abate atau altosid) di tempat yang sulit dikuras, memelihara ikan pemakan jentik, memasang kawat kasa, tidur menggunakan kelambu, dan menggunakan obat nyamuk.

Sedang upaya pengendalian vektor malaria, dia menjelaskan, dilakukan dengan penggunaan kelambu berinsektisida, penyemprotan rumah dengan insektisida dan penyemprotan larvasida di genangan air tempat nyamuk berkembang biak.

Dan pemutusan rantai penularan penyakit filariasis dilakukan dengan Program Obat Masal Pencegahan (POMP) dan tata laksana kasus dengan manifestasi lymphedema/elephantiasis/hidrokel, kata Prof Tjandra.


Cara paling baik

Prof Sudomo mengatakan cara jitu untuk mencegah penularan penyakit-penyakit yang menular melalui gigitan nyamuk adalah dengan menghindari gigitan nyamuk perantara.

"Itu satu-satunya jalan yang paling baik soalnya kalau sudah tertular penyakit jadi lebih repot lagi, dia harus mengobati diri sendiri dan bisa jadi sumber penular," kata ahli penyakit tropis itu.

"Gampang harusnya, yang paling baik 3M Plus. Itu sudah yang paling baik, enggak bisa semprot-semprot saja," katanya.

Seluruh warga, kata dia, harus menyadari pentingnya melakukan 3M Plus secara rutin untuk memberantas sarang nyamuk dan mencegah penyakit-penyakit yang ditularkannya.

"Kalau satu rumah tangga melakukannya tapi yang lain enggak tentu nyamuknya akan tetap ada. Jadi harus bersama-sama, seluruh lingkungan melakukannya," kata dia.

Prof Sudomo menjelaskan, pemberantasan sarang nyamuk efektif mengendalikan vektor DBD namun sulit sekali dilakukan pada nyamuk perantara penularan peyakit malaria yang hidup dan berkembang biak di alam bebas.

"Jadi harus hidup berdampingan dengan nyamuk. Artinya dia boleh hidup, kita hidup, tapi tidak saling mengganggu. Artinya kita harus berusaha menghindari gigitan nyamuk," katanya.

Dalam hal ini, penggunaan kelambu atau kelambu berinsektisida serta memasang kasa pada pintu dan jendela sangat penting untuk mencegah nyamuk Anopheles masuk ke rumah.

"Kemudian pakai obat nyamuk bakar atau semprot," katanya.

Ia menambahkan, kebanyakan obat nyamuk bakar maupun semprot hanya bisa membuat nyamuk pingsan, tidak bisa langsung mematikan nyamuk.

"Kebanyakan orang pakai obat nyamuk bakar semalam suntuk di kamar. Itu salah. Yang paling baik obat nyamuk bakar dibakar magrib satu sampai dua jam saja, setelah itu matikan terus sapu kamarnya," kata dia.

"Enggak perlu bakar obat nyamuk sepanjang malam karena itu meracuni diri sendiri," tambah dia.

Ia lantas menekankan kembali bahwa cara paling jitu untuk mencegah penularan penyakit yang menyebar melalui nyamuk adalah dengan melindungi diri dari gigitan serangga itu.

"Itu saja yang penting, enggak ada cara baru," demikian Prof Sudomo.

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014