Badung (ANTARA) - Wakil Menteri Luar Negeri (Wamnelu) Republik Indonesia Pahala Mansury mengatakan ketegangan geopolitik global menjadi mementum bagi Indonesia untuk mendiversifikasikan hubungan dengan negara-negara Afrika.

“Ada beberapa yang cenderung memilih untuk lebih independen dan tidak terjebak dalam pihak tertentu yang terlibat dalam ketegangan geopolitik, maka Indonesia bisa menjadikan kesempatan ini untuk mendiversifikasi hubungan,” kata Wamenlu Pahala saat Diskusi Panel I, Indonesia-Africa Forum II di Nusa Dua, Bali, Senin.

Pada forum yang turut menghadirkan Menteri Negara Liberia Sylvester M. Grigsby dan Menteri Negara untuk Urusan Luar Negeri untuk Kerjasama Internasional Uganda Oryem Henry Okello, sebagai panelis, Wamen Pahala selanjutnya menuturkan bahwa ketegangan geopolitik juga membuat sejumlah pihak merasa perlu untuk menentukan posisi.

Indonesia dan Afrika, katanya, bisa memanfaatkan momentum itu sebagai inisiatif kerja sama Indonesia dan Afrika dalam konteks Global South. 

Salah satu sektor strategis utama saat ini, lanjutnya, adalah mineral penting dan pemrosesan mineral penting.

Saat ini, konsentrasi produksi pemrosesan mineral penting, khususnya bagian midstream, sekitar 70 hingga 80 persen terkonsentrasi di satu negara tertentu.

Indonesia dan Afrika dinilainya dapat mengembangkan banyak bidang kerja sama di sektor mineral penting, baik dari teknologi, investasi, dan arus barang itu sendiri, termasuk membangun rantai pasokan global yang jauh lebih solid dari bahan-bahan atau komoditas yang sangat strategis

“Kami berharap, meskipun mungkin kami tidak memiliki modal yang besar, kami dapat memberikan kesempatan atau opsi bagi orang, negara, atau wilayah yang ingin menghindari terjebak dalam memilih pihak dalam ketegangan geopolitik yang sebenarnya tidak jauh berbeda dari situasi yang kami hadapi pada (Konferensi Asia-Afrika) 1955,” ucapnya.

Pahala menjelaskan bahwa dunia juga dihadapkan pada pihak-pihak yang bertentangan pada Konferensi Asia-Afrika 1955.

Meskipun tantangannya mungkin sangat berbeda, tetapi ketegangan dan situasinya cukup mirip dalam hal memastikan Indonesia dan Afrika bisa memanfaatkan sumber daya alam dan terus mengembangkan sektor manufaktur yang lebih mendalam.

Dirinya menekankan bahwa jika selama ini Global South lebih banyak berada di sisi penerima dalam kerja sama pembangunan, maka di masa depan, diharapkan lebih banyak kerja sama pembangunan di antara negara-negara Global South termasuk dalam mengatasi tujuan pembangunan berkelanjutan.

“Ini tidak akan mudah, tetapi dengan usaha yang akan kita lakukan bersama dan ini bukan sesuatu yang eksklusif hanya untuk Selatan-Selatan. Saya rasa banyak hal antara Utara-Selatan juga perlu dilakukan untuk mendiversifikasi dalam hal teknologi dan investasi, serta rantai pasokan global yang lebih kuat,” tuturnya

Baca juga: Jokowi: Komitmen RI tidak berubah sejak Konferensi Asia-Afrika 1955
Baca juga: Selatan global peluang bagi RI berkontribusi nyata untuk dunia
Baca juga: Presiden Jokowi: IAF 2024 catat kesepakatan bisnis 3,5 miliar dolar AS
Baca juga: Presiden buka Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak dan IAF Ke-2


Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2024