TGEM tetap berkomitmen untuk menyuplai pasar Barat dengan produk nikel kelas 1 yang berkelanjutan dan ramah lingkungan
Jakarta (ANTARA) - Trinitan Green Energy Metals (TGEM), perusahaan teknologi pemrosesan nikel, menargetkan dapat memproduksi Mixed Hydroxide Precipitate atau MHP (bahan baku bateral EV) sebesar 3.200 ton per tahun guna memperkuat ekspor ke negara-negara Barat.

Untuk itu, TGEM meningkatkan kapasitas operasional penuh pada fasilitas teknologi pemrosesan nikel Step Temperature Acid Leach (STAL).

Rama A. Panjaitan, Kepala Pengembangan & Manajemen Proyek TGEM, dalam keterangan di Jakarta, Senin menyatakan bahwa pihaknya telah memposisikan diri sebagai pemain kunci dalam rantai pasokan nikel global, khususnya bagi pasar negara-negara Barat (Eropa).

Perusahaan diproyeksikan akan mencapai target produksi MHP sebesar 3.200 ton per tahun pada akhir kuartal ketiga tahun 2024. Fasilitas yang terletak di Bogor, Jawa Barat ini merupakan lokasi produksi komersial pertama perusahaan untuk MHP yang merupakan komponen krusial dalam pembuatan baterai.

Langkah ini sejalan dengan komitmen TGEM untuk menyediakan solusi nikel yang berkelanjutan, khususnya bagi pasar Barat yang semakin berfokus pada pengadaan yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan.

"TGEM tetap berkomitmen untuk menyuplai pasar Barat dengan produk nikel kelas 1 yang berkelanjutan dan ramah lingkungan," kata Rama.

Komitmen ini dibuktikan pada September 2023 ketika TGEM memulai operasi komersial dan menyelesaikan pengiriman perdana MHP ke Korea Selatan.

"Pengiriman tersebut merupakan hasil penerapan teknologi Step Temperature Acid Leach (STAL) milik TGEM, yang menjadi inti dari strategi kami untuk memenuhi standar ketat pasar Barat,” kata Rama.

MHP yang diproduksi TGEM memiliki kandungan nikel yang melebihi 50 persen, jauh lebih tinggi dari rata-rata global yang 30-40 persen.

Seiring dengan meningkatnya pengawasan global terhadap praktik lingkungan dan dinamika geopolitik, operasi TGEM selaras dengan standar ketat yang diperlukan oleh negara-negara Barat, termasuk kepatuhan terhadap Undang-Undang Pengurangan Inflasi AS (IRA).

IRA mendorong rantai pasokan yang lebih terdiversifikasi dan berkelanjutan dengan memberikan insentif untuk penggunaan komponen yang bersumber dari AS dan mitra dagangnya.

Menurut Rama, proyek-proyek TGEM dirancang secara strategis untuk memenuhi persyaratan ini, menghasilkan MHP berkualitas tinggi dengan dampak lingkungan minimal.

Berbeda dengan metode HPAL, yang telah dikritik karena menghasilkan tailing yang signifikan dan berisiko lingkungan jangka panjang, teknologi STAL TGEM mengadopsi inisiatif Zero Waste. Pendekatan inovatif ini memastikan bahwa semua residu diubah menjadi produk berguna, seperti brsi oksida, magnesium sulfat, dan material inert untuk bata industri serta komponen semen.

“Metode ini tidak hanya mengurangi bahaya lingkungan terkait tailing tetapi juga sepenuhnya sesuai dengan kriteria lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) yang ketat yang diperlukan oleh pasar Barat,” kata Rama.

Selain itu, proses STAL mengurangi jejak karbon dan penggunaan air perusahaan, menawarkan solusi komprehensif untuk produksi nikel Kelas 1 yang berkelanjutan.

Ke depan, TGEM siap meningkatkan kemampuan produksinya melalui beberapa proyek terobosan, termasuk STAL One Ecopark di Bogor dan IGNITE Ecopark di Papua Barat Daya, dengan target kapasitas tahunan hingga 400.000 ton MHP, ungkap Rama.

Baca juga: Menko Marvest: Keputusan Jokowi larang ekspor nikel untuk hilirisasi
Baca juga: Bappenas inginkan hilirisasi nikel tak "business as usual"

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2024