“Pelepasan tukik dilakukan bersama keluarga besar Suku Melur di Solor Selatan,” kata Ketua Pokmaswas Jalur Gaza Sulengwaseng, Mus Melur ketika dihubungi dari Kupang, Senin.
Ia menjelaskan 300 tukik yang dilepas merupakan tukik yang menetas dari tiga sarang.
Adapun tiga sarang itu berisi kurang lebih 351 butir telur, namun 51 telur gagal menetas menjadi tukik.
“Orang dewasa dan anak-anak semuanya memegang tukik dan melepaskan di pantai,” ucap Mus.
Baca juga: Pokmaswas NTT selamat penyu dewasa terdampar di pohon bakau
Baca juga: Saka Bahari Kulon Progo lepas 150 ekor tukik di Pantai Bugel
Melepas tukik, kata Mus tentu saja tidak mudah. Sebelum dilepaskan, telur penyu itu harus dibenamkan dalam pasir di tempat pembenaman atau penangkaran yang dibuat oleh pokmaswas tersebut.
Setelah dibenamkan, telur-telur penyu harus selalu diawasi dan dijaga dengan baik agar terhindar dari predator seperti burung gagak.
“Jadi memang butuh ketelitian dan komitmen tinggi agar telur bisa menetas,” kata dia menjelaskan.
Adapun telur penyu telah dipantau selama 5-7 pekan pada tempat pembenaman dengan luas 8 meter x 6 meter. Setelah menetas, anak penyu atau tukik dipindahkan ke wadah berisi air laut yang harus selalu diganti airnya setiap tiga jam. Setelah itu, baru tukik dilepas ke lautan.
“Untuk pelepasan memang bersama masyarakat sehingga mereka juga mendapatkan edukasi untuk merawat penyu,” ujar Mus.
Ia memberikan apresiasi atas dukungan semua pihak terutama masyarakat yang mulai sadar untuk tidak mengonsumsi telur penyu, melainkan ikut terlibat melepas tukik ke lautan.
Ia juga berharap ada komitmen berkelanjutan untuk menjaga alam khususnya penyu yang juga telah dilindungi secara hukum di Indonesia.
“Ini tugas kita bersama, bukan satu dua orang saja,” ucap Mus menegaskan.*
Baca juga: 1.107 tukik tuntong laut dilepasliarkan ke Laut Selat Malaka
Baca juga: Pokmaswas desa lepasliarkan 275 tukik di pantai Solor Selatan NTT
Pewarta: Fransiska Mariana Nuka
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024