Kita berharap semakin banyak petani atau masyarakat tergerak untuk menanam tanaman bioenergi sehingga ada sirkular ekonomi yang munculKupang (ANTARA) - PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) menyatakan pemanfaatan co-firing biomassa pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bolok di Kabupaten Kupang dapat menggerakkan sirkular ekonomi masyarakat yang terlibat dalam program tersebut.
“Program co-firing biomassa ini memberikan kesempatan kepada masyarakat NTT untuk bergeliat secara sirkular ekonomi pada semua lapis, baik masyarakat, penanam, pengumpul, sopir, tukang tanam, tukang tebang pohon, pengusaha kayu, semua bergeliat secara ekonomi dan mendapatkan keuntungan,” kata General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTT, Ajrun Karim di Kupang, Senin.
Program co-firing biomassa merupakan teknologi yang memanfaatkan bahan biomassa sebagai pengganti batu bara pada rasio tertentu dalam PLTU.
Ia mengatakan PLN NTT telah berhasil mencampurkan 2.872,07 ton biomassa atau setara dengan 1,43 persen dan berhasil menurunkan CO2 sebesar 3.331 tC02 hingga bulan Juli 2024.
Di daratan Pulau Timor, kata Ajrun, PLN masih membutuhkan pasokan biomassa yakni kayu, salah satunya potensi kemampuan hutan energi yang sudah tersedia di Pulau Timor sebesar 11.166 hektare, lalu potensi untuk dikembangkan sebesar 126.620 hektare dengan vegetasi hutan lamtoro, gamal dan kedondong hutan.
Dengan potensi yang ada itu, Ajrun menilai ada kesempatan bagi masyarakat untuk menanam tiga jenis pohon itu, lalu terlibat dalam program co-firing biomassa dari PLN.
Menurut dia, ada tiga manfaat yang saling bertalian jika masyarakat terlibat dalam program itu.
Pertama, adanya konservasi lahan tandus yang terjadi jika masyarakat menanam tiga jenis pohon itu. Pasalnya, tanaman yang ditanam untuk dijadikan biomassa merupakan tanaman yang secara spesifik bisa tumbuh di lahan tandus.
Manfaat kedua, dedaunan dari pohon yang ditanam bisa dipakai untuk pakan ternak.
Lalu manfaat terakhir, ranting atau batang pohon diambil untuk diolah menjadi biomassa dalam program co-firing.
Untuk menjalankan program itu, ucap dia, tentu saja ada kerja sama dari seluruh unsur, baik warga pemilih lahan, penanam, penebang, sopir yang mengangkut hasil, hingga ke pengusaha kayu.
“Kita berharap semakin banyak petani atau masyarakat tergerak untuk menanam tanaman bioenergi sehingga ada sirkular ekonomi yang muncul,” ucapnya.
Eduward Besi, seorang penanam pohon di Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, berhasil mendapatkan rata-rata Rp30 juta per bulan dari hasil memasok kayu untuk dimanfaatkan sebagai biomassa dalam program co-firing PLTU Bolok.
Ia bersama beberapa anggota yang tergabung dalam satu kelompok memasok kayu ke salah satu perusahaan kayu yang bekerja sama dalam program co-firing biomassa PLTU Bolok.
Pohon yang dikumpulkan itu nantinya dipotong menjadi serpihan kayu lalu dibawa ke PLTU Bolok untuk dicampur sesuai takaran dengan batu bara.
Dalam sehari, ia bersama anggota kelompok bisa membawa 4 ton kayu atau setara dengan tiga hingga empat kali muatan dengan upah mencapai Rp70 ribu per sekali muat.
“Ini sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari,” kata Eduward.
Sementara itu Manajer Produksi dari salah satu perusahaan kayu bernama Rian Kellen menyebut program tersebut tidak merusak hutan.
Pohon yang dipotong bukanlah batang pohon besar, melainkan ranting kecil dengan diameter 10 cm yang disesuaikan dengan alat di perusahaan pengumpul.
Ia menjamin penebangan tidak dilakukan sembarangan, karena ada aturan untuk menebang kayu yang dimanfaatkan dalam program co-firing.
“Ranting yang diambil, jadi nanti tumbuh kembali, PLN juga sudah pernah menanam beberapa pohon bersama kami,” kata Rian.
Selain pemanfaatan kayu yang diolah menjadi biomassa serpihan kayu, PLN Unit Induk Wilayah NTT juga bekerja sama dengan Bank Indonesia Kantor Perwakilan NTT untuk memanfaatkan limbah operasional uang lusuh untuk dicampur dengan batu bara dan serpihan kayu dalam program tersebut.
Hal ini juga menjadi bentuk dukungan PLN untuk percepatan pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia.
Adapun co-firing pada PLTU merupakan salah satu upaya PLN untuk mendukung capaian target Energi Baru Terbarukan sebesar 23 persen dalam bauran energi pada 2025 dan net zero emission pada tahun 2060.
Baca juga: PLN NTT dan BI sinergi memanfaatkan limbah operasional untuk co-firing
Baca juga: PLN perkuat sinergi masyarakat lokal wujudkan energi bersih di Ende
Pewarta: Fransiska Mariana Nuka
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2024