Surabaya (ANTARA News) - Ratusan ikan dari sejumlah jenis di Kali Porong Sidoarjo, Jawa Timur, diketahui mati, akibat pembuangan air lumpur yang dilakukan Lapindo Brantas Inc beberapa waktu terakhir.
Hasil penelitian tim dari Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) yang disampaikan kepada ANTARA di Surabaya, Senin, menyebutkan penyebab kematian ikan di Kali Porong karena salinitas (kadar garam) air lumpur yang cukup tinggi, yakni mencapai 30-30 per mil.
Padahal ikan air tawar seperti keting, kuthuk dan bader yang ada di Kali Porong, hanya betah hidup pada salinitas 0-1 per mil, atau pada keadaan ekstrim ikan-ikan itu mampu bertahan pada salinitas tujuh per mil.
Tim peneliti Ecoton menemukan ikan yang mati di bawah jembatan tol Porong-Gempol yang menyeberangi Kali Porong, dengan ciri-ciri insang mengalami iritasi dan pembusukan pada organ lambung yang mengindikasikan karena kerusakan sistem metabolisme dan kekurangan oksigen.
"Ini baru airnya yang dibuang ke Kali Porong, belum lumpurnya yang dibuang," kata Direktur Eksekutif Ecoton, Prigi Arisandi.
Sejak awal, lanjut Prigi, pihaknya menolak keras pembuangan lumpur dan air lumpur ke Kali Porong, karena akan semakin memperluas dampak kerusakan lingkungan di wilayah Porong dan Sidoarjo.
Menurut Prigi, saat ini dampak air lumpur yang dibuang ke Kali Porong belum menampakkan wujud aslinya.
Masyarakat sejumlah desa di Kecamatan Porong, seperti Desa Mindi dan Besuki yang bersikeras air lumpur dibuang ke Kali Porong, harus disadarkan bahwa bebasnya mereka dari lumpur lapindo hanyalah mengalihkan penderitaan pada puluhan ribu warga petambak dan nelayan di pesisir timur Sidoarjo.
"Kelambanan penanganan lumpur akan semakin menimbulkan kerusakan lingkungan dan kerugian yang lebih besar pada masa depan bumi dan kualitas habitat manusia di Sidoarjo. Selanjutnya, kita akan sangat menyesali perbuatan kita dengan mengorbankan Kali Porong," ujar Prigi.
Menurut Prigi, untuk mencegah dampak lumpur lebih luas, pembuangan lumpur harus dilokalisir pada areal permanen telah disiapkan, termasuk pembuangan ke laut yang salinitas airnya hampir sama dengan air lumpur, sehingga dampaknya dapat dinetralisir. (*)
Copyright © ANTARA 2006