Moskow (ANTARA) - Pengeluaran di bidang pertahanan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) harus jauh di atas target yang disepakati sebesar 2 persen dari produk domestik bruto (PDB) di tengah "skenario ancaman" yang ada, kata Asisten Sekretaris Jenderal NATO untuk Kebijakan dan Perencanaan Pertahanan, Angus Lapsley.

Calon presiden dari Partai Republik Amerika Serikat (AS), Donald Trump, sebelumnya mengatakan bahwa jika terpilih, ia akan mendorong negara-negara anggota NATO untuk menghabiskan setidaknya 3 persen dari PDB mereka untuk sektor pertahanan.

"Mengingat skenario ancaman yang kita hadapi saat ini, bagi sebagian besar sekutu Eropa, pengeluaran harus meningkat jauh di atas batas dua persen jika ingin meningkatkan kapabilitas atau kemampuan yang lebih baik lagi, lebih berguna, serta berkelanjutan seperti yang kami minta dari mereka mulai sekarang," kata Lapsley, seperti dikutip oleh media Defense One pada Minggu (1/9).

Lapsley juga mengatakan bahwa, menurut pendapatnya, negara-negara anggota NATO mampu mencapai target tiga persen.

Sekutu NATO sebelumnya telah sepakat untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan mereka guna mencapai target dua persen dari PDB masing-masing.

Namun, pengeluaran militer di banyak negara anggota masih jauh di bawah angka yang disepakati.

Hanya Amerika Serikat, serta Polandia, Estonia, Latvia, dan Yunani yang menghabiskan lebih dari tiga persen dari PDB mereka untuk sektor pertahanan.

Sumber : Sputnik-OANA
Baca juga: Sekjen NATO serukan anggaran pertahanan yang lebih besar
Baca juga: Trump kecam anggota NATO karena berhutang banyak pada Amerika Serikat
Baca juga: Ada potensi ancaman, NATO tingkatkan keamanan pangkalan di Jerman


Penerjemah: Primayanti
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024