Palu (ANTARA News) - Ketua Umum Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST), Pendeta Renaldy Damanik MSi, mengimbau kepada seluruh umat Kristiani di Tanah Air untuk menghindari diri melakukan tindakan anarkis. "Apa yang saya sampaikan ini merupakan pesan langsung dari Pak Tibo (Fabianus Tibo) sebelum dirinya bersama Marinus dan Dominggus menjalani eksekusi mati," kata dia di Beteleme, Minggu. Imbauan tersebut disampaikan Damanik ketika memberikan sambutan pelepasan jenazah dua terpidana mati kasus kerusuhan Poso, Fabianus Tibo dan Marinus Riwu, yang dimakamkan secara terpisah di Kabupaten Morowali, tetangga Kabupaten Poso. Jenazah Tibo sendiri dimakamkan di pekuburan kristen desa Beteleme Tua (Kecamatan Lembo), sedangkan jenazah Marinus dikebumikan di TPU desa Malores, eks unit pemukiman transmigrasi di Kecamatan Petasia yang umumnya dihuni warga Nusa Tenggara Timur. Menurut dia, permintaan Fabianus Tibo semasa masih hidup yang menginginkan umat kristiani tidak terjebak dalam tindakan-tindakan yang dapat merugikan diri sendiri atau orang lain, merupakan cerminan sikap bijak dan sangat terpuji. Karena itu, katanya, derita panjang dan kematian tragis yang dialami Tibo dkk, sebaiknya kita serahkan sepenuhnya kepada Tuhan sebagai hakim yang adil. "Kelak Tuhan akan mengadili kita semua," tuturnya. Sinode GKST yang berpusat di Tentena--kota Kecil di tepian Danau Poso--dari awalnya menentang pelaksanan hukuman mati di Indonesia, dengan alasan melanggar hak asasi manusia. Bahkan para tokoh di institusi keagamaan ini tak hentinya berjuang membebaskan Tibo, Dominggus, dan Marinus dari rencana eksekusi mati, karena menilai proses penyidikan kasus mereka mulai dari lembaga kepolisian hingga persidangan di tingkat peradilan in fact (PN Palu) melanggar asas-asas hukum yang berlaku. Sementara itu, lebih 5.000 warga mengikuti prosesi pemakaman dua terpidana mati kasus kerusuhan Poso Fabianus Tibo dan Marinus yang dilakukan secara terpisah di Kabupaten Morowali. Ny. Tuti Lama (42), warga Beteleme, yang dihubungi per telepon dari Palu, mengatakan prosesi pemakaman jenazah Fabianus Tibo di desa Beteleme Tua dipimpin Pastor Jemmy Tumbelaka dari Paroki Poso. Prosesi pemakamannya dimulai pukul 11:00 wita dan baru berakhir 14:30 WITA, didahului dengan ibadah kebaktian. Sejumlah pimpinan/tokoh masyarakat serta warga dari lintas agama di Kecamatan Lembo, Kecamatan Petasia, Pamona Utara dan Pamona Selatan, turut mengadirinya. "Saat peti jenazah hendak dimasukkan ke dalam liang lahat, isak-tangis dari pengunjung tak tertahankan," tuturnya, dan menambahkan Ny. Nurlin Kasiala (istri Fabianus Tibo) berserta sejumlah anaknya terlihat tabah menghadapi cobaan ini. Sementara prosesi pemakaman jenazah Marinus Riwu di desa Molores, Kecamatan Petasia, berlangsung lebih awal yakni pukul 09:00 Wita dan berakhir sekitar empat jam kemudian. Pastor Yakob Adilang dari Paroki Poso memimpin upacara pemakaman Marinus, yang juga diwarnai isak tangis keluarga dan kerabat almarhum. Pastor Jemmy Tumbelaka yang dihubungi terpisah, mengatakan dirinya sangat terharu ketika memimpin prosesi pemakaman Fabianus Tibo karena tak hanya dihadiri umat kristiani, tapi juga sejumlah tokoh dan umat lintas agama asal beberapa kecamatan di Kabupaten Poso dan Morowali. "Saya sangat terharu, sebab ternyata tolerasi antarumat beragama di daerah ini mulai terbangun dan perlu terus dipertahankan," ujarnya. Ia juga mengatakan, prosesi pemakaman jenazah kedua almarhum yang lokasinya tidak berlanjauhan (sekitar 25km) berlangsung aman dan lancar, sekalipun tanpa mendapatkan penjagaan aparat keamanan. Cuma, lanjut dia, "yang saya sesalkan selama prosesi pemakaman berlangsung, baik saat kebaktian di gereja dan rumah duka (keluarga Tibo) hingga upacara pelepasan terakhir di lokasi pebukuran, tidak ada satu pun pimpinan Polri, TNI, dan Kejaksaan hadir".(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006