Jakarta (ANTARA) - Penampilan peserta residensi budaya 2024 dari program pemajuan kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memikat para penonton di Halaman Taman Fatahillah, Kota Tua, Jakarta pada Sabtu malam.

Sebanyak 18 peserta internasional yang berpartisipasi pada program tersebut telah menyelesaikan pelatihan selama residensi dan menghasilkan karya kolaborasi bersama 30 peserta nasional serta 23 peserta lokal di tiga lokasi, yakni DI Yogyakarta, Cirebon (Jawa Barat), dan Riau.

"Bapak/ibu dan seluruh masyarakat yang hadir hari ini sudah menyaksikan langsung, jadi orang asing saja mau belajar kebudayaan kita, bapak/ibu mesti belajar juga kebudayaan kita, supaya kebudayaan kita semakin maju," kata Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kemendikbudristek Restu Gunawan saat memberi sambutan.

Para penonton disuguhkan dengan berbagai penampilan mulai dari tari, perpaduan musik modern dan tradisional, hingga perpaduan tari dan teater.

Ia menyebutkan program residensi budaya tersebut dapat memberikan ruang kepada seluruh peserta, utamanya pelaku budaya Indonesia untuk berjejaring sekaligus mengenalkan budaya ke luar negeri.

"Program ini ingin memberikan ruang kepada kawan-kawan kita untuk meningkatkan kapasitas berjejaring ke luar negeri, mudah-mudahan jejaring bisa terjalin juga. Indonesia sangat terbuka untuk menerima peserta dari luar negeri, begitu juga mengantarkan peserta dari Indonesia ke luar negeri," ujar dia.

Baca juga: Kemendikbud gelar Residensi Pemajuan Kebudayaan lestarikan budaya

Salah satu penampilan dari DI Yogyakarta membawa narasi tentang perjalanan tentang menemukan diri sendiri dalam budaya.

Kota Yogyakarta yang lekat dengan pendidikan dengan kebudayaan membawa pesan bahwa meski para peserta berbeda tanah, negara, benua, tetapi bisa bersatu dalam dunia yang sama.

Perjuangan melawan ambisi diri sendiri menjadi ekspresi budaya itulah yang disajikan dalam karya teatrikal Manah Jemparingan, yang merupakan pengembangan dari olahraga tradisional Jemparingan di Yogyakarta.

"Dalam perjalanannya tentu banyak dinamika yang terjadi, ada berbagai macam selama sebulan, jadi saya mengucapkan terima kasih kepada peserta dari dalam dan luar negeri yang tampil hari ini," ucap Restu.

Seorang penonton asal Jawa Timur, Ghulam, mengaku senang karena disuguhkan acara kebudayaan yang dapat disaksikan secara gratis oleh masyarakat luas.

"Bagus, menarik, jarang-jarang melihat acara kayak gini, jadi saya senang, kebetulan saya datang dari Jawa Timur, ke sini untuk main, dan ada acara ini diajak oleh teman-teman, saya senang sekali," katanya.

Baca juga: Mengenalkan gondang oguang ke dunia melalui residensi budaya
Baca juga: Diplomasi budaya, Kemdikbudristek gelar Residensi Pemajuan Kebudayaan

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024