Hamilton, Kanada (ANTARA) - PBB pada Jumat (30/8) melaporkan bahwa jumlah misi kemanusiaan yang ditolak aksesnya ke Gaza oleh otoritas Israel meningkat hampir dua kali lipat pada Agustus dibandingkan dengan Juli.
Mengutip Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan kepada wartawan dalam konferensi pers bahwa dari 199 misi kemanusiaan yang direncanakan di Gaza utara yang dikoordinasikan dengan otoritas Israel, hanya 74 yang difasilitasi antara 1 hingga 29 Agustus.
Dia mencatat bahwa misi yang tersisa ditolak, dihambat, atau dibatalkan karena berbagai alasan dan masalah.
Di Gaza selatan, dari 372 pergerakan kemanusiaan yang dikoordinasikan, hanya 173 yang diizinkan.
Dujarric juga menyampaikan kekhawatiran tentang Tepi Barat yang diduduki, di mana OCHA memperingatkan bahwa operasi militer Israel tampaknya melebihi standar penegakan hukum.
Ketika ditanya tentang serangan udara mematikan Israel yang menghantam konvoi organisasi nirlaba yang berbasis di AS, American Near East Refugee Aid (Anera) di Gaza, Dujarric mengatakan: "Sangat tidak mungkin untuk memberikan bantuan kemanusiaan tanpa koordinasi yang nyata dan efektif dengan pihak-pihak yang terlibat, setidaknya sampai kita mencapai gencatan senjata."
Dengan menyuarakan keprihatinan tentang insiden tersebut, Dujarric menekankan bahwa pekerja PBB "telah membayar harga tertinggi dalam konflik ini. Kami tetap bertekad untuk terus mengirimkan bantuan kepada warga sipil Palestina."
Sumber: Anadolu
Baca juga: Perang di Gaza jadi "preseden berbahaya" bagi pekerja kemanusiaan
Baca juga: PBB soroti resiko kehilangan nyawa yang dihadapi pekerjanya di Gaza
Penerjemah: Primayanti
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024