Pertempuran hanya akan memperburuk situasi yang sudah mengerikan
Juba (ANTARA News) - Pasukan penjaga perdamaian PBB, Kamis, menyampaikan "keprihatinannya" dengan pertempuran sengit di persatuan negara bagian utama Sudan Selatan, setelah gerilyawan merebut kota Bentiu dalam suatu serangan baru.
Lonjakan pertempuran dalam konflik yang telah berlangsung selama empat bulan lamanya itu terjadi di tengah peringatan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon bahwa lebih dari satu juta orang berisiko kelaparan di negara muda yang dilanda perang itu.
Pasukan penjaga perdamaian dari misi PBB di Sudan Selatan (UNMISS) yang berpatroli di ibu kota negara bagian yang dikuasai gerilyawan mengatakan mereka telah melihat sekitar 35 sampai 40 mayat di sepanjang pinggir jalan, sebagian besar dalam seragam militer .
"UNMISS mengutuk permusuhan baru ini dengan istilah terkuat," kata misi itu dalam sebuah pernyataan seraya menyebut pertempuran itu sebagai sebuah "pelanggaran serius" dari kesepakatan gencatan senjata yang disepakati pada Januari .
"Pertempuran hanya akan memperburuk situasi yang sudah mengerikan," katanya menambahkan .
Bentiu, salah satu daerah yang dilanda perang sengit, adalah pemukiman besar pertama yang telah direbut kembali dalam serangan baru oleh pasukan pemimpin oposisi Riek Machar, mantan wakil presiden.
Konflik di Sudan Selatan telah menewaskan ribuan orang dan memaksa sekitar satu juta orang meninggalkan rumah mereka sejak pertempuran terjadi pada tanggal 15 Desember di ibukota Juba sebelum menyebar ke negara-negara bagian lain di negara kaya minyak itu.
Lebih dari 12 ribu warga sipil kini berlindung di markas Perserikatan Bangsa Bangsa di Bentiu, dilindungi oleh pasukan penjaga perdamaian, dengan satu orang terluka di kamp saat peluru yang berasal dari baku tembak tidak jauh dari lokasi itu menghantam kamp.
Gerilyawan menguasai kota pada Selasa, sementara tentara mengatakan sedang menyiapkan serangan balasan untuk mengambil alih kembali.
Gerilyawan sebelumnya menduduki Bentiu pada bulan Desember pada awal konflik, tapi diusir dari kota itu sebulan kemudian.
Pada Senin, pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa Bangsa menyelamatkan 10 karyawan dari perusahaan Safinat Rusia saat gerilyawan menyerang kilang minyak yang dibangun di utara dari Bentiu itu. Di antara mereka termasuk warga Rusia , Ukraina dan Kenya.
Lima orang terluka dalam pertempuran itu.
Pertempuran terjadi antara tentara yang setia kepada Presiden Salva Kiir melawan pasukan gerilyawan yang memihak Machar yang dipecat sebagai wakil presiden pada tahun 2013.
Konflik juga telah masuk dalam dimensi etnis saat suku Dinka dari Presiden Kiir melawan pasukan dari orang-orang Nuer, Machar, demikian laporan AFP.
(G003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014