Rio de Janeiro (ANTARA) - Brasil menegaskan bahwa Venezuela harus merilis data pemungutan suara dari pemilihan presiden baru-baru ini di negara tersebut dan tidak akan mengakui kemenangan Presiden Venezuela Nicolas Maduro atau oposisi sebelum melihat bukti apapun, kata Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva pada Jumat (30/8)

"Saya tidak akan menerima kemenangan dia (Maduro) atau oposisi. Oposisi mengatakan mereka menang, sementara dia (Maduro) mengatakan dia yang menang, tetapi tidak ada bukti. Itulah mengapa kita memerlukan bukti. Secara alami, dia berhak untuk tidak setuju dengan itu, karena saya mengatakan bahwa pemilu baru perlu diadakan," kata Lula da Silva.

Lula da Silva, Presiden Kolombia Gustavo Petro, dan Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador telah dua kali merilis pernyataan bersama tentang situasi seputar pemilihan terbaru di Venezuela.

Mereka juga meminta Dewan Pemilihan Nasional Venezuela untuk merilis data pemungutan suara dan menyelesaikan sengketa pemilu melalui cara-cara institusional sambil menahan diri dari peningkatan kekerasan.

Warga Venezuela memberikan suara dalam pemilihan presiden pada 28 Juli, di mana Maduro dinyatakan sebagai pemenang dengan lebih dari 51 persen suara.

Oposisi mengklaim kemenangan telak, dengan mengutip lembar penghitungan yang mereka peroleh dari pusat pemungutan suara di seluruh negeri.

Hal ini memicu protes massal dari oposisi. Beberapa ribu orang ditahan dengan tuduhan merusak infrastruktur negara, ujaran kebencian dan terorisme.

Sumber : Sputnik-OANA
Baca juga: Brasil, Kolombia usulkan pemilihan ulang untuk Venezuela
Baca juga: Presiden Venezuela bahas soal pilpres dengan Brasil, Kolombia, Meksiko
Baca juga: Warga Venezuela gelar unjuk rasa di tengah kekacauan pasca pemilu

Penerjemah: Primayanti
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024