Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar bank Jakarta pada pekan depan diperkirakan akan berkisar di level Rp9.100 hingga Rp9.200 per dolar AS, karena pengaruh negatif regional yang masih berlanjut. Pengamat ekonomi dari Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan, di Jakarta, Minggu, mengatakan pengaruh regional masih berpotensi menekan rupiah, setelah terjadinya kudeta militer di Thailand yang mengakibatkan mata uang bath merosot tajam. Nilai tukar mata uang Asia yang mengalami tekanan akibat dampak kudeta tidak berdarah itu diperkirakan terjadi hanya sementara saja (temporer). "Kami memperkirakan baht akan terpukul sementara, terutama ketika mata uang baht itu dinilai terlalu tinggi," ujarnya. Gejolak politik di Thailand, selain memukul baht juga sempat membuat nilai tukar peso dan rupiah ikut melemah. Peso turun 0,13 persen menjadi 50,19 dan rupiah sampai Jumat pukul 14.00 sore sudah mencapai Rp9.175 per dolar AS. Namun pengaruh pelemahan baht terhadap rupiah tidak besar, karena Bank Indonesia (BI) diharapkan tetap menjaga volatilitas rupiah agar jangan terlalu tinggi, katanya. Rupiah, menurut Fauzi Ichsan, seharusnya bisa bergerak naik melihat dolar AS di pasar global melemah, sedang yen menguat setelah keluarnya data manufaktur Jepang yang membaik. Namun peluang untuk menguat rupiah tidak terjadi, sebaliknya mata uang Indoensia itu terpuruk mendekati level Rp9.200 per dolar AS, meski pada hari berikutnya rupiah bergerak naik sehingga posisi berubah menjadi Rp9.175 per dolar AS, katanya. Ia lebih lanjut mengemukakan rupiah akan kembali menguat pada dua minggu hingga tiga minggu ke depan, sehingga posisinya pada akhir tahun ini diperkirakan akan bisa kembali di level Rp9.000 per dolar AS. Kondisi penguatan itu didukung pula dengan tidak naiknya suku bunga AS oleh bank sentral AS (The Federal Reserve) akibat laju inflasi yang cenderung menurun. Pada awal pekan lalu rupiah mencapai Rp9.105/9.125 per dolar AS, hari kedua merosot tajam menjadi Rp9.145/9.157 per dolar AS dan hari ketiga melemah lagi jadi Rp9.160/9.180 per dolar AS, dan keempat rupiah menguat jadi Rp9.145/9.165 per dolar AS, namun hari terakhir berubah lagi jadi Rp9.175/9.185 per dolar AS. Dikatakannya rupiah pada hari keempat sempat menguat hingga di posisi Rp9.145/9.160 per dolar AS, akibat kekhawatiran atas kudeta militer Thailand berkurang, meski harga saham di pasar regional melemah. Sementara itu, Direktur Retail Banking PT Bank Mega, Kostaman Thayib, mengatakan rupiah masih tertekan, dan untuk menguat saat ini masih sulit, karena pasar masih belum positif. "Kami memperkirakan rupiah dalam beberapa pekan mendatang berpeluang menguat, melihat keseriusan pemerintah membuat program infrastruktur dan iklim investasi yang semakin kondusif," katanya. Namun demikian, Bank Indonesia diharapkan akan tetap melakukan pengawasan ketat, apabila permintaan pelaku cenderung ke dolar AS, yang bisa melemahkan rupiah. Berkaitan dengan harga minyak dunia yang turun, menurut Fauzi Ichsan, ada pengaruhnya namun nilai negatifnya tidak besar bagi tekanan terhadap pergerakan rupiah. (*)
Copyright © ANTARA 2006