"Dolar AS cenderung kehilangan momentum penguatannya setelah bank sentral AS (the Fed) mengindikasikan untuk mempertahankan pelonggaran stimulus dalam jangka waktu yang lebih lama," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis.
Ia menambahkan bahwa kesimpulan itu mendorong pelemahan dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.
Kendati demikian, lanjut dia, pelaku pasar cenderung kurang agresif masuk ke pasar uang berisiko seiring dengan Amerika Serikat yang akan merilis data klaim tunjangan pengangguran mingguan dan indeks manufaktur hasil survei Bank Sentral AS wilayah Philadelphia.
"Kedua data ini bisa menyokong penguatan dollar AS bila data yang dirilis lebih bagus dari prediksi," kata dia.
Di sisi lain, lanjut dia, minimnya data ekonomi domestik juga akan membuat arah mata uang rupiah terbatas, apalagi pelaku pasar uang juga masih mencermati perkembangan strategi dari partai politik dalam menyambut pemilihan presiden.
"Apapun hasil pemilu nanti diharapkan pemerintahan baru dapat memberikan kebijakan baru yang lebih positif dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi domestik," katanya.
Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada hari Kamis ini (17/4), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp11.418 dibandingkan sebelumnya (16/4) di posisi Rp11.438 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014