"Rutin itu, siklus yang biasa tiap tahun, itu bukan (ancaman bencana), itu malah jadi pesta, jadi keramaian sendiri," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut Aah Anwar Saefuloh saat dihubungi melalui telepon seluler di Garut, Jumat.
Ia menuturkan BPBD Kabupaten Garut mendapatkan informasi adanya fenomena alam seperti banyaknya ikan yang ditemukan di pesisir pantai, kemudian banyak masyarakat mengambilnya dan memberikan keuntungan bagi warga setempat.
Ikan yang berada di pesisir pantai selatan Garut itu, kata dia, seringkali masyarakat menyebutnya ikan hejo tonggong dan bukan menjadi ancaman bahaya bencana alam.
"Tidak (bahaya), itu namanya hejo tonggong, dalam siklus biasa, ada siklus yang memang ikan naik," katanya.
Aah yang pernah bertugas di kecamatan wilayah selatan Garut itu pernah menyaksikan adanya fenomena banyaknya ikan di pesisir pantai, dan kejadian itu mampu menarik banyak masyarakat untuk mengambil ikan dengan mudah.
Kejadian itu, kata dia, dipastikan bukan ancaman bencana alam seperti yang saat ini dikaitkan dengan megathrust. Fenomena itu tampak seperti biasa, air laut juga tidak surut, justru terjadi pasang.
"Itu di selatan tidak ada apa-apa, itu biasa, kecuali air lautnya surut, itu lain hal, ini enggak surut, malah pasang," katanya.
Meski siklus biasa, kata dia, masyarakat diimbau selalu waspada dengan berbagai potensi ancaman bencana alam, dan selalu mendapatkan informasi dari sumber resmi yang terpercaya seperti dari pemerintah maupun media dan seminar lainnya.
"Media informasi elektronik kita gencar, informasi melalui seminar, tadi juga ada sampai satuan penuh terus menerus megathrust disosialisasikan," katanya.
Sebelumnya, beberapa hari ke belakang ramai video tersebar di media sosial adanya ikan yang cukup banyak naik ke permukaan pesisir pantai Garut, kemudian banyak warga menangkapnya dengan mudah.
Baca juga: Dinas Perikanan Mukomuko tanggapi adanya ikan berserakan di pantai
Baca juga: DLH jelaskan ribuan ikan mati di Pantai Ternate
Pewarta: Feri Purnama
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024