Pada prinsipnya kami tidak melarang sekolah membuat gelaran yang diberi tajuk P5, asal ruhnya tercapai
Solo (ANTARA) - Balai Besar Guru Penggerak Jawa Tengah memperkuat Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) melalui pagelaran budaya wayang kulit di De Tjolomadoe, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

"Sekolah memiliki tanggung jawab pengelolaan penanganan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Kami punya ikhtiar untuk memberikan wahana agar mereka punya rujukan tambahan atau pengayaan," kata Kepala Balai Besar Guru Penggerak Jawa Tengah Darmadi pada Sarasehan P5 dalam Gelar Merdeka Berbudaya di Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat.

Ia mengatakan pada kegiatan tersebut guru kesenian dan guru bahasa Jawa dipertemukan dengan pelaku budaya lokal di bidang perwayangan.

"Kenapa kami pertemukan pelaku budaya lokal, karena walaupun wayang sudah mendunia tetapi dari sisi sumber kelahirannya kan lokal. Dengan pelaku pendidikan yang sama-sama punya tanggung jawab untuk membangun karakter anak-anak kita sebagai generasi pembaharu," katanya.

Baca juga: Bappenas: Akses adil dan merata penting untuk atasi isu pendidikan
Baca juga: Kemendikbudristek apresiasi implementasi Merdeka Belajar di Bengkulu


Selain itu, diharapkan melalui kegiatan tersebut guru yang berasal dari kalangan muda memiliki kesanggupan untuk menerima dan mengambil nilai-nilai luhur dan nilai-nilai didik yang masih cukup universal dari sisi seni tradisional, untuk kemudian dikenalkan ke anak didik.

"Jangan sampai nilai luhur yang termuat dalam seni lokal hilang dengan sendirinya yang pada akhirnya justru guru-guru kehilangan rujukan untuk bisa menanamkan local wisdom ke anak-anak kita," katanya.

Mengenai implementasi di sekolah, ia juga berharap para guru tidak fokus pada gelar hasil karya siswa, melainkan guru bisa menguatkan karakter pelajar Pancasila melalui proyek.

"Tidak harus komunal atau besar. Pada prinsipnya kami tidak melarang sekolah membuat gelaran yang diberi tajuk P5, asal ruhnya tercapai," katanya.

Ia tidak ingin gelar hasil karya siswa pada penerapan P5 justru memberatkan orang tua.

"Jadi pentas harus sewa pakaian mahal, sewa guru untuk pementasan, padahal belum tentu karakter tercapai. Namun sampai saat ini nilai sejati P5 mulai terwujud," katanya.

Melalui upaya peningkatan kompetensi pendidik dan mengembangkan kreativitas para pendidik khususnya Pendidikan Seni Budaya dan bahasa Jawa ini, pihaknya berharap materi yang peserta dapatkan bisa menjadi strategi untuk diterapkan dalam proyek pembelajaran.

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024