Hanoi (ANTARA) - Puluhan artefak kuno berharga dipajang dalam pameran sementara di Museum Nasional Sejarah Vietnam di Hanoi.

Pameran yang bertajuk Bau Vat Champa – Dau An Thoi Gian (Harta Karun Champa – Jejak Waktu) itu menampilkan lebih dari 60 artefak berharga yang terbuat dari emas dan perak yang berasal dari abad ke-17 dan ke-18.

Banyak dari objek luar biasa itu untuk pertama kalinya dipamerkan kepada publik.

Champa, sebuah kerajaan kuno yang berkembang dari tahun 192 hingga 1832, pernah menempati wilayah yang sekarang dikenal sebagai Vietnam bagian tengah.

Warisan budaya yang kaya dari kerajaan itu dibentuk oleh perpaduan yang memikat antara pengaruh India dan Jawa, yang berpadu dengan kreasi unik Champa.

Di antara pencapaian artistiknya, tiga gaya yang khas menonjol, yaitu My Son, Dong Duong, dan Thap Mam.

Banyak reruntuhan kuil dan sisa-sisa patung yang bertahan hingga saat ini menjadi bukti nyata bahwa agama Hindu dan Buddha merupakan agama utama di kerajaan kuno tersebut.

Champa mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-9 dan ke-10. Namun, setelah abad ke-15, seiring berjalannya waktu, terjadi pergeseran pusat kerajaan Champa ke arah selatan, disertai dengan perubahan-perubahan besar.

Secara khusus, dari tahun 1692 (ketika Tuan Nguyen mendirikan kota Thuan Thanh di wilayah Champa) hingga tahun 1832 (ketika Champa resmi bergabung dengan Dai Nam, nama kuno Vietnam saat ini) di bawah Kaisar Minh Mang, perhatian akademis terhadap aspek sejarah, budaya, dan seni Champa relatif terbatas.

Itulah sebabnya Museum Sejarah bekerjasama dengan Asosiasi Warisan Budaya Vietnam dan kolektor barang antik Dao Danh Duc untuk memilih lebih dari 60 artefak khas dari periode sejarah itu guna diperkenalkan kepada publik.

Pameran tersebut dibagi menjadi dua bagian – satu menampilkan patung-patung religius dan barang-barang suci, dan yang lainnya menyoroti perhiasan serta benda-benda yang memiliki makna religius sekaligus otoritas kerajaan.

Pada bagian pertama pameran, pengunjung akan disuguhi beragam patung yang menggambarkan Dewa Siwa, Dewa berkepala gajah Ganesha, Buddha yang tenang, Bodhisattva Avalokitesvara yang penuh belas kasih, serta linga, yoni, dan kosa linga yang sakral – semuanya terbuat dari emas dan perak yang dihiasi dengan batu permata berharga.

Bagian kedua menampilkan berbagai perhiasan dan artefak kerajaan Champa yang memukau.

Di antara harta karun tersebut terdapat anting-anting, cincin, kalung, jepit rambut, sisir, gelang, dan sabuk.

Yang menarik, benda-benda itu memiliki simbol-simbol rumit yang berakar pada keyakinan religius dan tradisional Champa.

Dewa-dewa Hindu – Brahma, Wisnu, Siwa, Ganesha – menjadi pusat perhatian, bersama dengan makhluk-makhluk yang dihormati seperti lembu suci Nandin, burung suci Garuda, dan dewa ular Naga.

Museum Nasional Sejarah menyelenggarakan pameran ini dengan tujuan ganda – untuk memungkinkan pengunjung lokal dan asing mengagumi potongan-potongan sejarah, budaya, dan seni yang berharga dari masa lalu Champa yang kurang dikenal – serta untuk memperdalam pemahaman mereka tentang warisan yang kaya ini.

Pameran ini dibuka untuk umum hingga akhir Oktober 2024.

Sumber : VNA-OANA
 

Penerjemah: Primayanti
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2024