Saya meninjau apa yang mereka bangun, dan hasilnya mereka mempercepat proses pembangunan smelter

Bintan (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat melakukan kunjungan kerja untuk meninjau lahan pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) bauksit yang memproduksi alumina di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

"Saya meninjau apa yang mereka bangun, dan hasilnya mereka mempercepat proses pembangunan smelter. Saya memastikan bahwa pemerintah pusat memayungi investasi ini dan akan mempelajari regulasi yang bisa diberikan agar investasi yang besar itu bisa memberikan keuntungan dan membangun daerah ini," kata MS Hidayat saat mengunjungi lahan lokasi pembangunan smelter alumina di Bintan, Rabu.

Ia berharap dengan adanya investasi melalui pembangunan pabrik smelter alumina di dalam kawasan industri dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya pertumbuhan ekonomi regional Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Bintan.

PT. Bintan Alumina Indonesia (BAI) bekerja sama dengan anak perusahaan Nanshan Group asal Tiongkok, Nanshan Aluminium, untuk pembangunan smelter bauksit dengan investasi senilai Rp11 triliun atau satu milliar dolar AS.

Smelter yang dibangun di Kecamatan Bintan Timur itu akan mengolah ekstraksi bauksit menjadi alumina, yang kemudian diolah lagi menjadi aluminium ingot dan produk-produk turunan lainnya. Dalam kunjungan kerja tersebut, Menperin mengatakan bahwa pemerintah, yakni Kementerian Perindustrian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, serta Kementerian Kehutanan akan memfasilitasi investasi PT BAI dan Nanshan Group itu.

"Dan kami berharap agar pemerintah provinsi Kepulauan Riau dan kabupaten Bintan dapat juga mendukung pembangunan smelter ini," ujarnya.

Ia mengatakan pembangunan smelter yang akan memproduksi alumina itu sangatlah penting untuk memenuhi permintaan produk aluminium dalam negeri yang cukup besar.

Menurut Hidayat, konsumsi aluminium di Indonesia mencapai 2,9 kilogram per kapita, maka demand (permintaan) produk aluminium pada 2013 adalah sebesar 845 ribu ton, yang membutuhkan alumina sebanyak 1,6 juta ton dan bijih bauksit 4,3 juta ton.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Harjanto mengatakan, kapasitas produksi smelter pengolahan bauksit menjadi alumina itu dapat mencapai 2,1 juta ton alumina per tahun.

"Kapasitas produksi 2,1 juta ton itu tentunya akan bertahap, dengan rencana pembangunan selesai pada 2017. Smelter ini akan mengolah bauksit ke alumina," katanya.

Harjanto menjelaskan, setelah satu tahun pembangunan yang dimulai pada 2014 ini, pada tahap awal smelter sudah dapat menghasilkan alumina dengan kapasitas 700 ribu ton, kemudian secara bertahap menjadi 1,4 juta ton pada 2016 dan pada 2018 atau setelah satu tahun beroperasi penuh mencapai total kapasitas produksi sebesar 2,1 juta ton.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014