Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis bedah onkologi dr. I Gusti Ngurah Gunawan Wibisana, SpB, Subsp. Onk(K) mengingatkan pentingnya tindakan deteksi dini pada gejala-gejala kanker kelenjar air liur sebelum berkembang semakin parah.

Pemeriksaan dapat dilakukan secara berkala dan bisa dilakukan sendiri di rumah. Caranya dengan memeriksa bagian wajah dan leher karena gejala kanker kelenjar air liur muncul di area tersebut.

"Misalnya berdiri depan cermin liat ada ga simetri di daerah wajah, ada ga benjolan-benjolan yang awalnya tidak ada sekarang menjadi ada dan bertambah besar," kata Gusti dalam sebuah tayangan siaran langsung yang dipantau di Jakarta pada Kamis.

Selain memeriksa area wajah, deteksi gejala kanker kelenjar air liur juga perlu dilakukan di area mulut karena penyakit tersebut bisa menyerang area sisi atas di bagian pipi dan langit-langit mulut.

Dokter yang berpraktik di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo itu menjelaskan, keluhan yang dialami penderita kanker kelenjar air liur seringkali berupa benjolan.

"Benjolan itu seringkali belum pada tahap mengganggu aktivitas sehari-hari pasien, masih bisa bicara, menelan, dan fungsi-fungsi lainnya," ujar Gusti.

Namun apabila benjolan tersebut dibiarkan, akan menimbulkan rasa nyeri yang kemudian menyebabkan sejumlah gangguan, di antaranya pelemahan pada otot-otot wajah di satu sisi, sulit membuka rahang, dan sulit berbicara.

Gusti mengatakan kanker kelenjar air liur dapat menyebar ke kelenjar getah bening sehingga keluhan benjolan juga bisa terasa di area leher.

Dirinya menyebutkan kanker kelenjar air liur bisa disebabkan oleh beberapa faktor risiko yakni faktor biologis seperti infeksi virus-virus tertentu. Lalu, ada faktor fisik yakni paparan radiasi ultraviolet dalam jangka waktu tertentu.

Selain itu, faktor gaya hidup tidak sehat juga bisa memicu munculnya kanker kelenjar air liur misalnya kebiasaan merokok berlebihan.

"Kita ketahui merokok seringkali dikaitkan dengan banyak kasus keganasan di kepala leher, salah satunya kanker kelenjar liur," kata Gusti.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengajak para pemuda Indonesia untuk menjadikan hidup tanpa rokok menjadi gaya hidup atau lifestyle baru.

Menurutnya, demi mewujudkan penurunan prevalensi perokok dan meningkatkan kesehatan warga negara, pendekatan kebijakan tanpa merokok akan lebih efektif dengan pengetatan regulasi yang dibarengi dengan pendekatan pembiasaan gaya hidup.

"This is the best movement untuk hidup sehat, tanpa kita keluarin uang, tanpa kita suruh, tanpa instruction, tanpa regulation, semua orang lakukan itu," kata Menkes Budi.

Baca juga: Gejala kanker paru yang perlu diwaspadai dan perlu deteksi dini

Baca juga: Mengenal teknologi Endobronchial Ultrasound untuk deteksi kanker paru

Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024