Masyarakat internasional perlu membantu menghentikan tentara Bashar dan Iran (pendukung kunci pemerintah Suriah). Kami menyerukan pengiriman senjata anti pesawat."
Beirut (ANTARA News) - Para gerilyawan Suriah yang bertempur untuk menggulingkan Presiden Bashar al-Assad untuk pertama kali menerima sedikitnya 20 peluru kendali anti tank TOW buatan Amerika Serikat dari satu "sumber Barat," kata seorang pejabat gerilyawan.

"Para pejuang yang terorganisasi baik dan moderat dari gerakan Hazm untuk pertama kali menerima lebih 20 rudal anti tank TOW dari satu sumber Barat," kata sumber itu yang tak bersedia jatidirinya disebutkan dan tanpa merinci siapa yang memasok roket-roket tersebut, lapor AFP.

Gerakan Hazm, bagian dari Tentara Pembebasan Suriah yang beroposisi, beranggota mantan perwira dan serdadu yang keluar dari militer untuk bergabung dengan para gerilyawan.

"Masih banyak lagi dijanjikan jika terbukti rudal tersebut digunakan secara efektif," kata sumber tersebut. "Puluhan pejuang dilatih dengan bantuan internasional dalam menggunakan rudal ini."

Dia menambahkan bahwa senjata-senjata itu telah digunakan di kawasan-kawasan pertempuran Provinsi Idlib, Aleppo dan Lataka di bagian utara Suriah.

Video amatir yang dibagi-bagikan oleh jejaring media Masarat menunjukkan para gerilyawan membuka kemasan, mamasang dan menembakkan beberapa rudal di lokasi-lokasi yang tak disebutkan di kawasan pedesaan Suriah.

"Sebagian besar yang jadi sasaran adalah tank," kata pejabat itu.

Menurut dia, 20 rudal itu telah digunakan 100 persen efektif, selalu mengenai sasaran mereka."

Para gerilyawan, yang persenjataannya kalah dibandingkan dengan pasukan pemerintah, sering menyerukan Barat untuk memasok mereka persenjataan khusus.

"Masyarakat internasional perlu membantu menghentikan tentara Bashar dan Iran (pendukung kunci pemerintah Suriah). Kami menyerukan pengiriman senjata anti pesawat," kata Louay Muqdad, seorang anggota Koalisi Nasional, yang beroposisi kepada kantor berita AFP Selasa.

Revolusi di Suriah semula berlangsung damai tetapi kemudian berubah menjadi pemberontakan rakyat terhadap Presiden Bashar al-Assad yang berusaha mematahkan perlawanan para pejuang.

Lebih 150.000 orang meninggal dalam krisis itu dan hampir setengah dari rakyat Suriah mengungsi di dalam negeri atau ke negara-negara tetangga sejak revolusi mulai Maret 2011.

Para pendukung Barat enggan mempersenjatai para gerilyawan karena takut senjata-senjata jatuh ke tangan kelompok-kelompok jihad yang kuat.



Penerjemah: Mohamad Anthoni

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014