Jakarta (ANTARA) - Berjongkok di tepi sungai bersama murid-muridnya, Cui Hongbiao dengan saksama mengamati padi yang tumbuh di ladang terapung di air, dengan keringat di dahinya tampak berkilauan di bawah terik matahari bulan Agustus.

Sebagai seorang pengajar di Sekolah Bumi dan Lingkungan di Universitas Sains dan Teknologi Anhui (Anhui University of Science and Technology/AUST), Cui senang melihat area penurunan tanah bekas tambang batu bara yang dulunya tak bernyawa berubah menjadi kolam ikan dan sawah yang subur.

Tak jauh dari sana, warna kuning pucat bulir padi, hijaunya daun padi, dan birunya langit terpantul pada air yang jernih, yang sesekali diselingi oleh ikan yang melompat dan memercik.

"Kami sedang menjajaki model polikultur padi-ikan di perairan dangkal area penurunan tanah bekas tambang batu bara, menanam padi di permukaan air sambil melakukan budidaya ikan di bawah air," kata Cui.

Ladang percobaan ini merupakan bagian dari proyek bertajuk "Penelitian dan Demonstrasi Teknologi dan Model Utama untuk Penanaman di Permukaan Air di Area Penurunan Permukaan Tanah Bekas Tambang Batu Bara", yang merupakan kolaborasi antara Huaihe Energy Holding Group Co., Ltd. dan AUST. Lokasi proyek ini terletak di Guqiao, wilayah Fengtai di Kota Huainan, Provinsi Anhui, China timur.

Pada akhir Agustus, saat sejumlah daerah di China secara bertahap memasuki musim panen, Cui dan timnya mempresentasikan hasil mereka. Batch pertama varietas padi percobaan, yang ditanam awal tahun ini, telah selesai dipanen untuk pertama kalinya.

Setelah inspeksi di lokasi, tinjauan laporan, dan diskusi, panel evaluasi, yang mencakup beberapa akademisi dari Akademi Teknik China (Chinese Academy of Engineering/CAE), menyimpulkan bahwa padi yang dipanen memenuhi standar kualitas nasional berdasarkan pengujian resmi.

Foto udara areal sawah di bekas lahan tambang batu bara di Guiqiao, Fengtai di Huaianan, Provinsi Anhui, China, 22 Agustus 2024. ANTARA/Xinhua-Chen Bin

"Melalui percobaan ini, untuk pertama kalinya, kami mengintegrasikan serangkaian teknologi penanaman dan pembibitan padi yang komprehensif untuk permukaan air di area penurunan tanah bekas tambang batu bara, yang menawarkan jalur efektif untuk pengelolaan area serupa secara komprehensif di seluruh negeri," papar Yuan Liang, seorang akademisi di CAE dan presiden AUST.

Para ahli dari berbagai lembaga, termasuk Akademi Ilmu Pengetahuan China serta Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan, menyebutkan dalam penilaian tersebut bahwa pemantauan kualitas air multiparameter di seluruh proyek menunjukkan bahwa kualitas air di area pengujian lebih baik dibandingkan sebelum penanaman, dan penanaman padi meningkatkan kualitas air secara keseluruhan.

Seperti di negara-negara lain, banyak daerah di China mengalami penyusutan sumber daya akibat penambangan batu bara selama bertahun-tahun. Penambangan itu juga mengakibatkan penurunan tanah dalam skala luas.

Data penelitian dan perkiraan ahli dari Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional menunjukkan bahwa area penurunan tanah bekas tambang batu bara di China mencakup lebih dari 20.000 kilometer persegi, naik sekitar 700 kilometer persegi setiap tahun. Di daerah tengah negara itu, termasuk Anhui, area penurunan tanah ini mencakup sekitar 70 persen dari total nasional.

"Penurunan permukaan tanah tidak dapat dihindari karena penambangan batu bara bawah tanah, pertanian di permukaan tanah, dan tumpang tindih yang tinggi antara daerah perkotaan dan pedesaan, sehingga menciptakan tantangan dalam mengelola daerah penurunan tanah ini," kata Wang Shisen, ketua Huaihe Energy Holding Group Co., Ltd.

"Keberhasilan proyek percontohan ini terletak pada penciptaan lahan pertanian nontradisional, yang membantu mengatasi konflik antara penambangan batu bara dan perlindungan lahan pertanian," kata Wang, yang mencatat bahwa proyek penanaman dan akuakultur mereka di daerah perairan dangkal penurunan permukaan tanah mencakup uji coba penanaman padi di permukaan air seluas 50 mu (sekitar 3,33 hektare).

"Hasil evaluasinya menunjukkan bahwa proyek ini mengisi kesenjangan dalam pengelolaan hijau daerah penurunan tanah bekas tambang batu bara di China," kata Xie Hongxu, wakil presiden Asosiasi Batu Bara Nasional China.

Staf memeriksa pertumbuhan benih padi di Guiqiao, Fengtai di Huaianan, Provinsi Anhui, China, 22 Agustus 2024. ANTARA/Xinhua-Xie Rui

Para ahli dari berbagai lembaga, termasuk Akademi Ilmu Pengetahuan China serta Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan, menyebutkan dalam penilaian tersebut bahwa pemantauan kualitas air multiparameter di seluruh proyek menunjukkan bahwa kualitas air di area pengujian lebih baik dibandingkan sebelum penanaman, dan penanaman padi meningkatkan kualitas air secara keseluruhan

Menurut para pakar, akar padi menyerap sejumlah besar nutrisi seperti nitrogen, fosfor, dan kalium dari air, yang membantu memurnikan kualitas air. Hal ini sangat bermanfaat di area-area penurunan tanah.

Proyek ini menandai penanaman padi permukaan air skala besar pertama dari jenisnya di area penurunan tanah di China. Meskipun sudah ada kemajuan, masih banyak yang harus dilakukan dalam hal inovasi, kata guru Cui. "Periode awal musim tanam padi sangat penting untuk pencegahan hama dan penyakit, jadi kita perlu melanjutkan pengamatan harian dan menjaga pengelolaan lahan yang tepat," katanya.

Wang dari perusahaan energi Huaihe yakin bahwa penelitian ini memberikan manfaat sebagai bagian dari upaya produksi pangan yang lebih luas.

"Apa pun yang terjadi, sembari kita menekankan pentingnya 'memperoleh sumber makanan dari sungai, danau, dan laut,' upaya produksi pangan di area penurunan tanah bekas tambang batu bara menandai langkah penting dalam penelitian proyek," kata Wang.

Pewarta: Xinhua
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2024