Baik CPO, produk turunannya merupakan produk yang sangat murah dan sangat kompetitif
Jakarta (ANTARA) - Ketua Bidang Kampanye Positif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Edi Suhardi menyebut salah satu alasan produk minyak kelapa sawit (CPO) dan produk turunannya dipersulit masuk Uni Eropa lantaran harganya yang sangat murah.
Produk CPO dan pertanian lain seperti kopi, cokelat, karet dan kayu tidak bisa masuk Uni Eropa per awal 2025 atau sejak pemberlakuan regulasi kebijakan deforestasi Uni Eropa (EUDR).
Menurut Edi, hal tersebut sengaja dilakukan karena Uni Eropa tidak mampu bersaing dengan produk CPO.
"Baik CPO, produk turunannya merupakan produk yang sangat murah dan sangat kompetitif, tidak bisa bersaing dengan produk-produk Uni Eropa," ujar Edi di Jakarta, Kamis.
Uni Eropa memiliki perkebunan prosesor untuk memproduksi minyak nabati dari sunflower atau bunga matahari dan rapeseed.
Edi mengatakan untuk memproduksi minyak nabati tersebut dibutuhkan biaya yang tidak sedikit, sehingga secara harga tidak mampu bersaing dengan CPO.
"Biaya produksi dan harga bahan baku prosesnya itu jauh lebih mahal sehingga sawit menjadi suatu komoditas yang over kompetitif dan tidak bisa disaingi melalui perdagangan bebas. Salah satu mencegah masuknya sawit dan produk mengenakan hambatan-hambatan perdagangan," kata Edi.
Lebih lanjut, terdapat tiga hambatan yang membuat sawit dipersulit masuk Uni Eropa, yakni pengenaan bea masuk anti dumping (BMAD), bea masuk yang menuduh sawit disubsidi secara tidak adil serta kebijakan regulasi EUDR.
Edi mengapresiasi langkah yang diambil Pemerintah untuk membawa kasus ini ke World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia guna memperjuangkan hak Indonesia terhadap penjualan sawit.
"Indonesia paling proaktif di sawit, meskipun kita bersaing dengan Malaysia," kata Edi.
Baca juga: Airlangga sebut EUDR dapat penolakan dari kelompok bipartisan AS
Baca juga: Kemenlu terus upayakan cari pasar alternatif untuk komoditas sawit RI
Baca juga: Parlemen Indonesia-Eropa komitmen jembatani persoalan kelapa sawit
Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024