Depok (ANTARA) - Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Universitas Indonesia (UI) melalui Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) memberikan program edukasi pengolahan limbah menjadi ecobrick kepada warga Desa Sukarame, Banten.
Ketua Pengmas UI Ns. Suryane Sulistiana Susanti, M.A., Ph.D., di Kampus UI Depok, Kamis, mengatakan para mahasiswa merancang program edukasi yang tidak hanya mengajarkan cara pembuatan ecobrick, tetapi juga menanamkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah plastik secara berkelanjutan.
“Ecobrick bukan sekadar solusi biasa, ia adalah metode revolusioner yang mengubah sampah plastik menjadi sumber daya yang berharga. Secara sederhana, ecobrick adalah botol plastik bekas yang diisi padat dengan berbagai jenis limbah plastik hingga mencapai tingkat kepadatan tertentu,” kata Ns. Suryane.
Baca juga: Solusi peraih Kalpataru 2024 dari Bali yang merevolusi sampah plastik
Ia menambahkan botol-botol ini kemudian dapat digunakan sebagai bahan bangunan yang kuat, serbaguna, dan ramah lingkungan.
Dengan ecobrick, sampah plastik yang biasanya hanya menjadi beban lingkungan, kini bisa diubah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi, seperti kursi, meja, hingga struktur bangunan sederhana.
Lebih lanjut, ia mengatakan proses pembuatan ecobrick tidak memerlukan peralatan atau keterampilan khusus, sehingga sangat mudah diterapkan oleh siapa saja.
Alat yang dibutuhkan hanyalah botol plastik bekas, sampah plastik bersih yang telah digunting kecil-kecil, dan kayu penekan untuk memadatkan sampah dalam botol.
Standar yang digunakan dalam pembuatan ecobrick adalah dengan memastikan bahwa botol terisi penuh dan padat, dengan berat minimum mencapai sepertiga dari volume botol. Sebagai contoh, untuk botol berukuran 600 ml, berat ecobrick yang dihasilkan harus mencapai 200 gram.
“Keunggulan lain dari ecobrick adalah fleksibilitasnya. Produk-produk yang dihasilkan dari ecobrick dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kreativitas masyarakat," katanya.
Ke depannya diharapkan masyarakat dapat menjual hasil kreasi dari ecobrick tersebut secara mandiri. Dengan demikian, gerakan ini tidak hanya berperan sebagai solusi pengelolaan limbah, tetapi juga sebagai sumber pendapatan baru bagi warga desa.
Sementara itu, dengan melihat potensi besar yang dimiliki ecobrick, berbagai pihak di Desa Sukarame, termasuk pemerintah desa dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), menyatakan dukungannya untuk melanjutkan inisiatif ini.
Baca juga: Kampus UPJ inisiasi teknologi ecobrick pengelolaan sampah plastik
Salah satu rencana jangka panjang yang tengah digagas adalah pembentukan kelompok bank sampah desa yang akan berfokus pada pengumpulan dan pengolahan limbah plastik menjadi ecobrick.
Kelompok ini nantinya diharapkan dapat bekerja sama dengan pemerintah setempat dan provinsi dalam mengembangkan program pengelolaan limbah yang lebih terstruktur dan berkelanjutan.
Sementara itu, Direktur Eksekutif BUMDes Selat Sunda Sukarame Hasan Basri mengatakan dengan adanya program ini, ia optimistis Desa Sukarame bisa menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam mengelola limbah plastik dengan cara yang kreatif dan berkelanjutan.
"Ecobrick membuka peluang besar bagi masyarakat, tidak hanya menjaga kebersihan lingkungan, juga menciptakan nilai ekonomi dari sesuatu yang sebelumnya dianggap sampah,” ujarnya.
Oleh karena itu, untuk mengembangkan potensi tersebut, Tim Pengmas UI bersama BUMDes Selat Sunda Sukarame berencana untuk mengadakan pelatihan lebih lanjut serta lokakarya yang melibatkan lebih banyak komunitas sekitar.
Program pelatihan ini bertujuan untuk memperluas pengetahuan tentang ecobrick dan mengintegrasikan teknik ini ke dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk dalam pembangunan infrastruktur desa.
Lebih dari itu, rencana pemasaran produk-produk berbasis ecobrick juga tengah dipersiapkan, dengan harapan produk ini dapat menarik minat pasar yang lebih luas.
Langkah tersebut akan memberikan dampak ekonomi yang nyata bagi masyarakat, sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah plastik di tingkat lokal maupun nasional.
Plh Dekan FIK UI, Dessie Wanda, S.Kp., M.N., Ph.D., memberikan apresiasi yang tinggi terhadap program ini.
Baca juga: Ecobrick, langkah kecil mahasiswa GenBI Sulsel lestarikan bumi
Baca juga: Pertamina MOR I olah sampah jadi ecobrick ramah lingkungan
Ia mengaku bangga melihat antusiasme masyarakat Sukarame. Program ini tidak hanya memberikan solusi praktis terhadap masalah limbah, tetapi juga membuka mata masyarakat bahwa sampah plastik bisa diubah menjadi sesuatu yang bernilai.
"Ini adalah contoh nyata bagaimana pendidikan bisa memberdayakan dan membawa perubahan positif dalam masyarakat,” ujarnya.
Adapun Tim Pengmas UI terdiri atas delapan mahasiswa FIK, yaitu Ns. Qurrata Aini, M.Kep, Ajeng Pribadi Salam, Fadly Rasyid Maulana, Tamara Khairina, Nabella Elva Shakila, Zahra Putri Prasetya, Choirunnisaa Wardhani, dan Fikoh Farikhatun, serta satu mahasiswa dari FMIPA, yakni Annesa Hanabila.
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024