Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan konsep hibrida antara Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pumped Hydro Energy Storage (PHES) yang ditopang oleh Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), yang berpotensi untuk energi listrik berkelanjutan.

"Dalam sistem hibrida ini, daya dan energi yang dihasilkan oleh PLTS dapat digunakan untuk melayani beban pada siang hari, sementara PLTMH dapat beroperasi untuk melayani beban pada malam hari atau saat PLTS tidak menghasilkan listrik," kata Peneliti Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi (PRKKE) BRIN, Andhika Prastawa melalui keterangan di Jakarta, Kamis.

Baca juga: BRIN ungkap potensi besar energi surya terapung di Indonesia

Andhika mengatakan pemanfaatan energi air melalui pengembangan PLTMH memiliki potensi besar. Kajian terbaru menemukan bahwa terdapat sekitar 26.000 lokasi off-river di Indonesia yang belum dimanfaatkan, dengan potensi kapasitas penyimpanan energi mencapai 800 Terawatt hour (TWh).

"Desain sistem ini membutuhkan perhitungan yang cermat agar kedua sumber energi tersebut dapat bekerja secara optimal dan saling melengkapi, sehingga mengurangi masalah intermitensi dan memastikan ketersediaan energi yang stabil," ujarnya.

Namun demikian, Andhika menyebutkan pengembangan teknologi hibrida PLTS-PHES di Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan, yang meliputi kebutuhan akan pemetaan potensi yang lebih konkret, pendanaan yang memadai, regulasi harga yang mendukung, serta dukungan logistik yang realistis.

Selain itu, sambungnya, studi awal dan teknis juga diperlukan untuk memastikan implementasi teknologi ini dapat berjalan dengan sukses.

Untuk itu, Andhika menekankan pentingnya kolaborasi yang erat antara pemerintah, industri, dan lembaga riset untuk mewujudkan potensi besar energi terbarukan di Indonesia.

Baca juga: BRIN ciptakan PLTS terapung yang bisa berpindah tempat

Baca juga: BRIN kembangkan instrumen pengamatan antariksa berbasis satelit


"Upaya ini tidak hanya akan mengurangi ketergantungan pada energi fosil yang berkontribusi pada emisi gas rumah kaca (GRK), tetapi juga membantu Indonesia dalam mencapai target energi bersih yang lebih ambisius di masa depan," ujarnya.

Untuk diketahui, sektor energi nasional di Indonesia adalah salah satu penyumbang terbesar emisi GRK setiap tahunnya, yang secara substansial turut berkontribusi terhadap perubahan iklim global. Oleh karena itu, pengembangan teknologi efisiensi energi dan energi terbarukan menjadi sangat krusial dalam upaya menurunkan emisi GRK nasional.

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024