Jakarta (ANTARA) - Kebutuhan akan data spasial saat ini telah merambat ke semua bidang, mulai dari bidang yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari, seperti memesan makanan atau berpergian dengan Google Maps, hingga pengaplikasian pada bidang terkait kesehatan.

Ketika pandemi COVID-19 melanda negeri kita, data spasial ini dimanfaatkan untuk mengenali risiko penyebaran COVID-19 serta mengidentifikasi masyarakat yang terdampak.

Keberadaan suatu penyakit dipengaruhi oleh jarak, akses, kepadatan penduduk, serta kondisi geografis, sehingga hal ini menjadi tantangan bersama dalam pelayanan kesehatan.

Untuk menyusun data spasial diperlukan pemetaan partisipatif, sebuah proses pengumpulan data dan analisis terkait problem dan isu di sekitar mereka melalui identifikasi dan penggambaran fitur geospasial dengan menggunakan piranti dan teknologi pemetaan. Pemetaan ini melibatkan komunitas atau mitra lain sebagai kontributor data.

Di bidang layanan kesehatan, pemetaan partisipatif merupakan proses dimana komunitas lokal berkontribusi pada pengumpulan data dan informasi geografis untuk menciptakan peta yang digunakan dalam perencanaan dan pengiriman layanan kesehatan. Ini membantu dalam identifikasi kebutuhan kesehatan dan sumber daya yang tersedia.

Hasil pemetaan ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk bisa melihat posisi layanan kesehatan terdekat, serta bagi pusat kesehatan masyarakat atau puskesmas untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Pada dasarnya, pemetaan partisipatif perlu selalu melibatkan aktor-aktor yang memahami informasi mengenai bidang terkait atau masyarakat yang mengenal betul wilayahnya, sehingga semua kalangan dapat terlibat.

Dengan keterlibatan yang sederhana, seperti menangkap foto objek yang pengaturan lokasinya dinyalakan atau memiliki koordinat pada kamera pada telepon seluler pintar, --disebut dengan geotagging foto--, sudah dapat menjadi data spasial tematik.

Kegiatan ini memudahkan pengguna, yaitu masyarakat dan pengelola layanan kesehatan, khususnya puskesmas, untuk melihat pelayanan kesehatan yang ada di sekitar lingkungannya, seperti misalnya ambulans terdekat dengan keterangan cara penggunaannya.

Dengan kesederhanaan dan kecanggihan gawai sehari-hari ini dapat memungkinkan masyarakat untuk membuat peta mereka sendiri juga mengakses informasi ini, khususnya untuk situasi kegawatdaruratan.

Data ini selanjutnya dengan mudah menggunakan internet dapat membentuk presentasi informasi dalam bentuk spasial tematik.


Pelatihan pemetaan partisipatif

Pentingnya data spasial untuk layanan kesehatan ini juga menjadi dasar bagi para mahasiswa di Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FMIPA Universitas Indonesia (FMIPA UI) yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Depok, Jawa Barat, untuk melakukan pelatihan pemetaan partisipatif bagi kader puskesmas untuk dapat melakukan pemetaan sederhana secara mandiri.

"Untuk memperoleh data yang akurat tentang kesehatan, kita memerlukan orang lain yang memiliki informasi tersebut dalam skala luasan tertentu, seperti dengan cara menanyakannya pada puskesmas atau tokoh terkait lingkungan luasan tersebut yang memiliki informasi akan hal kesehatan. Sehingga akan diperoleh peta secara lengkap dan akurat mengenai informasi tertentu. Ini merupakan inti kegiatan pemetaan partisipatif," kata Iqbal Putut Ash Shidiq, M.Sc., Ph.D, dosen Geografi FMIPA UI yang menjadi pembimbing dalam program pengabdian masyarakat ini.

Dengan pertanyaan "Apakah ada pelayanan yang belum menjangkau wilayah-wilayah tertentu?", para mahasiswa dan kader puskesmas di Kota Depok memetakan lokasi-lokasi ambulans dengan cara pengisian formulir dan foto yang memiliki pengaturan lokasi.

Hal ini dilakukan untuk melihat keberadaan ambulans yang selanjutnya akan terlihat adanya pola titik mana yang belum dijangkau ambulans selama periode tertentu. Dengan skala kecamatan yang dipetakan, maka hasilnya dapat memperlihatkan jangkauan ambulans saat adanya kondisi gawat darurat di Kota Depok.

Pelatihan pemetaan kepada admin-admin Puskesmas Kota Depok dan Dinas Kesehatan Kota Depok pada Senin (12/08). ANTARA/HO-FMIPA UI

Pengambilan data tidak selalu mengharuskan enumerator ke lapangan. Formulir pada program ini menjadi alat utama pengambilan data lokasi-lokasi ambulans yang dipertimbangkan untuk kemudahan puskesmas menginput data serta banyaknya data yang perlu dikumpulkan dalam skalanya, yaitu kecamatan yang dikoordinasikan dan dipantau di grup WhatsApp.

Selanjutnya dari hasil pemetaan dapat dianalisis aksesibilitas dan luas wilayah pelayanan setiap ambulans yang ada di Kota Depok.

Berbekal data yang dikumpulkan dengan foto-foto yang ber-geotag, Tim Pengabdian Masyarakat Geografi FMIPA UI memberikan pelatihan bagi setiap puskesmas di Kota Depok agar dapat mengumpulkan, membuat, hingga mempresentasikan petanya sendiri dengan bantuan aplikasi Google Photos, My Maps, dan Story Maps dengan hanya bermodalkan internet.

Google Photos menjadi aplikasi untuk mengumpulkan data, My Maps menjadi aplikasi untuk membuat informasi spasial, dan Story Map menjadi aplikasi untuk mempresentasikan informasi spasial sesuai dengan keinginan narasi masing-masing peserta.

Dengan pelatihan ini peserta tidak hanya mengetahui informasi spasial tematik, melainkan juga memahami dan memanfaatkan informasi spasial tematik pada bidang terkaitnya.

Tim UI berharap agar pelatihan dan pengenalan pemetaan partisipatif ini tidak hanya dapat menambah pemahaman pentingnya pemetaan dalam upaya-upaya perbaikan pelayanan kesehatan, namun juga agar puskesmas dapat memenuhi berbagai kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat.

Tentunya pelayanan ini tidak hanya terpusat pada puskesmas terkait, melainkan juga wilayah sekitar puskesmas dengan akses dan informasi yang mudah dipahami.

Karena pada hakikatnya, puskesmas yang menerapkan pemetaan partisipatif merupakan puskesmas yang mendengarkan dan mengikuti kebutuhan masyarakat yang dilayani.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2024