risiko bencana bisa berkurang dengan upaya yang sama-sama kita lakukan
Kabupaten Bogor (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, bersama Catholic Relief Services (CRS) Indonesia menjalin kerja sama untuk melakukan kajian risiko bencana mengingat daerah tersebut memiliki frekuensi bencana hidrometeorologi basah tertinggi.
Pelaksana harian Pj Bupati Bogor Suryanto Putra di Cibinong, Kamis, mengungkapkan kolaborasi yang diwujudkan dalam perjanjian kerja sama (PKS) itu untuk mewujudkan Kabupaten Bogor sebagai daerah tangguh bencana.
“Terima kasih atas peran serta CRS untuk membantu Pemkab Bogor dalam rangka tanggap darurat bencana. Mudah-mudahan risiko bencana bisa berkurang dengan upaya yang sama-sama kita lakukan,” ungkap Suryanto.
Sementara, Country Manager CRS Indonesia Yenni Suryani menjelaskan bahwa PKS yang dibuat saat ini merupakan bentuk perpanjangan kerja sama yang sudah terjalin sejak tahun lalu.
Tahun ini keduanya memfokuskan kerja sama penanganan bencana berupa melakukan kajian risiko bencana melalui program Bogor Komunitas Perkotaan Untuk Aksi Tangguh (KUAT).
“Berkaitan dengan penanggulangan bencana, selain itu kami juga mendorong terhadap upaya penanggulangan kemiskinan, masalah sosial juga ketahanan pangan,” kata Yenni.
Baca juga: Kabupaten Bogor perkuat migitasi hadapi bencana meteorologi
Baca juga: Hadapi cuaca ekstrem, Kabupaten Bogor tingkatkan mitigasi bencana
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pernah menetapkan Kabupaten Bogor, Jawa Barat, memiliki frekuensi bencana hidrometeorologi basah tertinggi di Indonesia.
Bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, cuaca ekstrem dan tanah longsor mendominasi kawasan Jabodetabek. Kejadian tanah longsor mendominasi Jabodetabek, terutama pada wilayah Kabupaten Bogor.
Secara historis banjir Jabodetabek dalam kurun waktu 2021-2022, Kabupaten Bogor tercatat sebanyak 181 kejadian, dibandingkan Jakarta Timur sebanyak 75 kejadian, dan Jakarta Selatan 57 kejadian.
Frekuensi kejadian banjir di Kabupaten Bogor dikatakan luar biasa, lebih dari dua kali lipat dari kabupaten/kota lainnya. Selain itu, korban jiwa akibat bencana hidrometeorologi basah di Jabodetabek tercatat paling tinggi di tahun 2020, yakni sebanyak 65 jiwa.
Baca juga: BNPB gencarkan simulasi evakuasi gempa dan tsunami di Jawa Timur
Baca juga: Pemkab Garut gandeng instansi lain mitigasi & siaga bencana kemarau
Baca juga: Kemendikbud kolaborasi multipihak edukasi perubahan iklim melalui gim
Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024