Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kini tengah melakukan penelitian, pengembangan, dan pembuatan instrumen pengamatan cuaca antariksa berbasis satelit.   

"Kita sedang memulai selangkah demi selangkah untuk bisa menuju ke arah pengembangan pengamatan sains antariksa berbasis satelit," kata Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN Rizal Suryana melalui keterangan di Jakarta, Kamis.  

Rizal menekankan urgensi pengembangan instrumen pengamatan sains antariksa berbasis satelit, karena selama ini, pengamatan cuaca antariksa hanya bisa dilakukan dengan menggunakan alat-alat pengamatan buatan luar negeri.   

Ia memaparkan spesifikasi sistem pengamatan sains antariksa berbasis satelit harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pengamatan cuaca antariksa, serta harus memperhatikan kapasitas satelit tersebut.  

Pengamatan cuaca antariksa berbasis satelit, ungkap Rizal, dilakukan dengan membawa sensor atau alat pengamatan yang disematkan pada satelit, di mana sensor atau alat pengamat tersebut akan melalukan pengukuran parameter cuaca antariksa sepanjang lintas pada ketinggian tertentu sesuai dengan orbit satelit.  

"Keuntungan pengamatan berbasis satelit yaitu memiliki jangkauan yang luas dan dapat menjangkau lokasi yang tidak bisa diamati pada pengamatan landas bumi, memiliki resolusi spasial dan temporal yang tinggi, dan pengamatan dilakukan secara terus menerus tanpa terganggu oleh kondisi cuaca atau waktu siang atau malam. Sehingga, ini memberikan data jangka panjang yang konsisten untuk penelitian ilmiah," tuturnya.

Rizal menyebut cuaca antariksa dapat memancarkan radiasi elektromagnetik dan partikel-partikel bermuatan secara terus menerus. Intensitas radiasi tersebut akan meningkat ketika aktivitas matahari mengalami peningkatan.

Cuaca antariksa, kata dia, akan memberikan pengaruh terhadap penggunaan teknologi, baik berbasis satelit atau tidak berbasis satelit. Pada satelit, cuaca antariksa dapat menyebabkan kerusakan pada solar cell dan komponen elektronika satelit dan hambatan gerak satelit (atmospheric drag).

Di samping itu, lanjutnya, cuaca antariksa juga dapat berpengaruh pada akurasi penentuan posisi Global Positioning System (GPS), sinyal komunikasi satelit dan komunikasi radio High Frequency (HF), serta operasional satelit.

"Cuaca antariksa memiliki pengaruh besar pada komunikasi, navigasi, dan operasional satelit. Sehingga, pengamatan harus dilakukan secara kontinyu," ucap Rizal Suryana.

Baca juga: BRIN tekankan urgensi pelindungan Hak Kekayaan Intelektual riset RI
Baca juga: BRIN dorong inovasi nasional lewat peningkatan layanan perizinan riset
Baca juga: BRIN apresiasi periset Indonesia lewat Sarwono Award 2024

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024