Moskow (ANTARA) - Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, Rabu (28/8), mengatakan bahwa keputusan Ukraina menghentikan perpanjangan kontrak transit gas Rusia akan sangat merugikan konsumen Eropa.

Peskov mengatakan bahwa penghentian perpanjangan kontrak transit gas itu dapat menyebabkan harga gas yang lebih tinggi dan berkurangnya daya saing industri di Eropa.

Mengomentari pengumuman Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk menghentikan transit gas melalui Ukraina, Peskov memperingatkan bahwa Eropa akan menghadapi harga gas yang tinggi, yang akan berdampak negatif pada industri di benua itu.

Dia juga mengatakan bahwa Moskow sedang mempertimbangkan alternatif, seperti mendirikan pusat gas di Turki.

"Kami sudah mengerjakan rute alternatif, termasuk rencana untuk mendirikan pusat gas di Turki," kata Peskov.

Menanggapi eskalasi baru-baru ini di wilayah Kursk Rusia karena serangan Ukraina, Peskov menyatakan bahwa situasinya telah mencapai titik kritis.

Dia mengakui kekhawatiran yang disuarakan oleh calon presiden AS Donald Trump tentang kemungkinan Perang Dunia ke-3, dengan menyatakan bahwa pernyataan yang mengkhawatirkan tersebut dapat dimengerti mengingat meningkatnya ketegangan.

Menanggapi kekhawatiran tentang kemungkinan serangan Ukraina terhadap PLTN Kursk, Peskov merujuk pada kunjungan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) ke fasilitas tersebut, yang menilai dampak serangan Ukraina.

Peskov menekankan bahwa meski IAEA tidak memiliki kewenangan untuk menyalahkan, tidak diragukan lagi bahwa pihak Ukraina bertanggung jawab atas peningkatan risiko nuklir.

Peskov menegaskan bahwa, mengingat keadaan saat ini, negosiasi dengan Ukraina untuk mencapai penyelesaian tidaklah memungkinkan.

Dia mengatakan, "Jelas bahwa tidak ada dasar untuk negosiasi semacam itu saat ini."

Mengenai klaim Kiev tentang "kemenangan atas Rusia," Peskov menepisnya sebagai retorika yang sudah biasa dari pemerintah Ukraina.

"Ini bukan pertama kalinya kami mendengar pernyataan seperti itu dari rezim Kiev. Kami memahami sifatnya," katanya.

Konflik di wilayah Kursk dimulai dengan serangan Ukraina pada malam 5-6 Agustus, yang menurut Moskow dipicu oleh pengaruh Barat, khususnya Amerika Serikat (AS).

Selasa lalu, Moskow memanggil Kuasa Usaha Amerika Serikat Stephanie Holmes untuk memprotes keterlibatan perusahaan militer swasta AS dengan pasukan Ukraina dan kehadiran wartawan AS di wilayah tersebut.

Ukraina melaporkan telah merebut sekitar 100 permukiman, termasuk Sudzha, sementara otoritas Rusia melaporkan 17 kematian, 140 cedera dan evakuasi lebih dari 121 ribu orang.

Presiden Ukraina Zelenskyy menyatakan bahwa serangan ini bertujuan untuk membentuk zona penyangga dan bahwa pembatasan Barat pada serangan ke dalam wilayah Rusia mendorong serangan ke Kursk.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengutuk serangan itu sebagai "serangan teroris."

Sumber: Anadolu-OANA

Baca juga: Jerman perintahkan penangkapan WN Ukraina terkait sabotase Nord Stream
Baca juga: Kantor HAM PBB meminta akses ke wilayah Kursk Rusia
Baca juga: EU tolak dukung Hongaria dan Slowakia soal pengiriman minyak Rusia

Penerjemah: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2024