"Kami berharap banyak dengan capaian yang sudah ada sekarang ini, bukan menjadi hasil akhir, tetapi menjadi pemacu untuk dinas-dinas yang lain untuk terus berinovasi. Perangkat daerah Blitar harus saling mendukung untuk berinovasi agar perluasan manfaat inovasi terus berjalan," kata Yusharto dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Baca juga: BSKDN-YNS targetkan perluasan "Review Program" di daerah
Dia menjelaskan saat ini pemerintah daerah (pemda) dituntut memberikan pelayanan yang cepat, mudah, dan murah oleh masyarakat. Hal ini sejalan dengan persoalan terkait penyelenggaraan pemerintahan daerah yang semakin kompleks.
Menurut dia, inovasi dinilai bukan lagi sebagai pilihan, tetapi jalan keluar atas permasalahan yang dihadapi daerah, termasuk bagi Pemkab Blitar, yang terus berupaya menghadirkan pelayanan publik berkualitas.
"Selaku penyelenggara pemerintahan, orientasi kita adalah pada pemberian pelayanan publik, masyarakat kalau sudah merasa dekat dengan pemerintah, merasa dilayani ya mereka akan berpartisipasi. Partisipasi dalam arti yang lebih luas, aktif memberikan masukan, aktif mengevaluasi program dan sebagainya," jelasnya.
Yusharto juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara perangkat daerah untuk berbagi pengalaman dan ide-ide kreatif. Dengan adanya sinergi tersebut, inovasi yang telah berhasil di satu sektor dapat diadaptasi dan dikembangkan lebih lanjut di sektor lain, sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh lebih banyak pihak.
"Dengan replikasi daerah yang akan memulai suatu inovasi tidak berpikir lagi dari nol, melainkan sudah ada yang bisa diadopsi, lalu bisa diterapkan, disesuaikan konteksnya, ada kebaruan di tempat Bapak/Ibu sekalian. Ini sudah dapat dikategorikan sebagai inovasi di tempat Bapak/Ibu bertugas atau bekerja," ujar Yusharto.
Baca juga: BSKDN teken komitmen pemanfaatan Puja Indah percepat pelayanan publik
Selain itu, Yusharto juga mengapresiasi Pemkab Blitar yang telah berpartisipasi dalam pengukuran Indeks Inovasi Daerah (IID) sejak 2020.
Dia mengatakan pada tahun 2020 Blitar berada pada urutan ke-37, kemudian 2021 pada urutan 39, lalu 2022 pada urutan 77, dan tahun 2023 berada pada urutan 32.
"Fluktuasi ini menandakan adanya kompetisi yang sangat dinamis dari satu daerah terhadap daerah lain," ujarnya.
Yusharto juga meminta Pemkab Blitar untuk terus memperkuat peran lembaga kelitbangan dan inovasi daerah untuk membangun ekosistem inovasi yang lebih baik.
Ia menegaskan dalam membangun budaya inovasi, Pemkab Blitar tidak dapat bekerja sendiri, tetapi perlu dukungan dari berbagai pihak.
"Ini meliputi pemerintah, industri, perguruan tinggi, masyarakat, hingga media dan aktor strategis lainnya yang dapat mendatangkan kemanfaatan bagi daerah," ujarnya.
Dengan framework kerja sama multiple helix, kata dia, diharapkan daerah akan mampu menguatkan ekosistem dan budaya inovasi di wilayahnya masing-masing.
Baca juga: BSKDN libatkan pakar analisis variabel-indikator penilaian kota bersih
Baca juga: BSKDN pacu NTT diversifikasi inovasi di berbagai sektor
Baca juga: BSKDN: Kontribusi perangkat daerah kawal peningkatan inovasi
Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024
