Denpasar (ANTARA) - Para siswa di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 2 Denpasar mengikuti simulasi kedaruratan gempa bumi, mengawali program Provinsi Model Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di Provinsi Bali.

"Melalui kegiatan ini kita dapat memastikan supaya anak-anak didik ketika mereka berada di sekolah saat terjadi bencana, bisa tahu apa yang harus dilakukan karena bencana bisa terjadi kapan saja dan di mana saja," kata Executive Director Yayasan Plan Internasional Indonesia Dini Widiastuti di Denpasar, Rabu.

Program Provinsi Model SPAB sebelumnya telah dilaksanakan di Daerah Istimewa Yogyakarta, dan kali ini menyasar Provinsi Bali. Program tersebut dilaksanakan Plan Indonesia dengan dukungan Prudence Foundation dan Prudential Indonesia.

Dini menyampaikan, program Provinsi Model SPAB tersebut bukan hanya mengenai simulasi bencana, tetapi juga menyangkut kesiapan dari pihak sekolah dan guru mengenai pengetahuan apa yang harus dimiliki untuk mendampingi para siswa ketika terjadi bencana.

Selain itu, tambah dia, juga menyangkut masalah regulasi hingga kurikulum, sehingga program ini melibatkan banyak pihak, termasuk pemerintah daerah, di antaranya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), bahkan hingga Gerakan Pramuka.

Bahkan dalam pelaksanaan program yang dilangsungkan di Yogyakarta sudah sampai dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan, sehingga pentingnya mitigasi bencana dapat berkelanjutan, tidak hanya diterima oleh mereka yang mengikuti simulasi.

Ditargetkan dalam kegiatan simulasi kedaruratan gempa bumi yang dilaksanakan di dua provinsi itu dapat menyasar sebanyak 10 ribu peserta, tidak hanya para siswa, tetapi juga termasuk para tenaga pendidik.

Dini menambahkan, pelaksanaan simulasi akan berlangsung bertahap sebanyak 3-4 kali, dan siswa yang dilibatkan akan bergiliran sehingga pelaksanaan simulasi dapat berjalan efektif.

Sementara itu, Kasi Pelayanan Kegawatdaruratan BPBD Provinsi Bali Putu Wita mengakui memang ada tantangan khusus memberikan simulasi kedaruratan gempa bumi kepada para siswa disabilitas, terutama dari sisi komunikasi.

Baca juga: BNPB gencarkan simulasi evakuasi gempa dan tsunami di Jawa Timur

Baca juga: Ratusan pelajar SMP di Aceh ikuti edukasi mitigasi gempa dan tsunami


"Tetapi dalam simulasi ini anak-anak tidak panik, mengamankan diri di bawah meja. Ketika gempa sudah reda, baru ada arahan untuk keluar. Mereka bisa keluar melalui jalur evakuasi yang ditentukan, kemudian menuju titik kumpul, berbaris dengan rapi serta mengikuti semua arahan," ujarnya.

Sedangkan Chief Human Resources and Community Investment Prudential Indonesia Dewi Satriani mengatakan pihaknya bekerja sama untuk memberikan fasilitas dan mitigasi bencana.

"Targetnya untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi lembaga pendidikan terkait dengan mitigasi bencana alam, khususnya bagi tenaga pendidik dan siswa," ucapnya.

Sebelumnya program bantuan CSR (tanggung jawab sosial perusahaan) terkait mitigasi bencana serupa telah dilaksanakan di Yogyakarta sejak 2022 dan saat ini programnya telah selesai. Kemudian Bali dipilih sebagai daerah kedua di Indonesia untuk pelaksanaan program.

"Kami memilih daerah yang rawan bencana. Negara Indonesia yang berbentuk kepulauan memang rawan bencana. Pada 2023 saja kita melihat 1.200 kasus. Di Bali ini kami melihat area pendidikannya memang ada di daerah rawan. Kami sangat concern menjamin siswa-siswa supaya pendidikannya berkelanjutan," ucapnya.

Sementara itu, perwakilan siswa SLBN 2 Denpasar Putu Santi Purnama Dewi dan Albert mengatakan mereka harus fokus untuk mengikuti simulasi supaya paham soal gempa dan upaya menyelamatkan diri. Mereka menyatakan tidak takut ketika diajak melakukan simulasi.
 
Para siswa SLB Negeri 2 Denpasar bersama para pendidik dan pihak Plan Indonesia, Prudensial, BPBD Bali usai mengikuti simulasi kedaruratan gempa bumi di Denpasar, Rabu (28/8/2024). ANTARA/Ni Luh Rhismawati.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024