Penggunaan biomassa untuk bahan bakar cofiring PLTU Ombilin akan terus ditingkatkan sampai dengan lima persen untuk tahun 2024 hingga 2025

Jakarta (ANTARA) - PT PLN Indonesia Power (PLN IP) menyebutkan pihaknya melibatkan masyarakat dalam penyediaan limbah serbuk kayu atau sawdust sebagai pengganti batu bara untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Ombilin, Sumatera Barat.

Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, mengatakan PLN IP terus menggenjot penggunaan biomassa di PLTU melalui program pencampuran bahan bakar (cofiring).

Selain sebagai green booster dalam akselerasi transisi energi di tanah air, pemanfaatan serbuk kayu telah menimbulkan dampak ganda yaitu meningkatkan perekonomian masyarakat.

Menurut Edwin, PLTU Ombilin telah menerapkan uji coba cofiring dengan memanfaatkan biomassa berupa sawdust sejak Mei 2023.

Hal itu merupakan komitmen PLN Indonesia Power melalui Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Ombilin dalam mengakselerasi transisi energi di Indonesia.

"Penggunaan biomassa di unit pembangkit PLN IP ini akan turut menurunkan emisi yang berasal dari sektor ketenagalistrikan. Hal ini merupakan dukungan korporasi sebagai key player sektor hulu kelistrikan kepada pemerintah untuk mencapai net zero emission pada 2060," kata Edwin.

Edwin menambahkan PLN Indonesia Power UBP Ombilin telah menggunakan 6.540,96 ton sawdust yang menghasilkan daya listrik sebesar 4.995,19 megawatt hour (MWh) untuk menopang kelistrikan di wilayah Sumatera bagian tengah.

"Penggunaan biomassa untuk bahan bakar cofiring PLTU Ombilin akan terus ditingkatkan sampai dengan lima persen untuk tahun 2024 hingga 2025," tuturnya.

Selain menggunakan limbah serbuk kayu, sumber lain yang digunakan untuk biomassa cofiring berasal dari tanaman energi yang ditanam pada lahan kering atau dibudidayakan pada kawasan hutan tanaman energi seperti pohon kaliandra, gamal dan lamtoro.

Pada sisi lain, Edwin menjelaskan bahwa dalam proses penyediaan sawdust PLN Indonesia Power UBP Ombilin mengusung konsep ekonomi kerakyatan, yang mana masyarakat dilibatkan dalam menyediakan bahan baku sawdust.

Dengan begitu, program cofiring itu tidak hanya berdampak pada pengurangan emisi karbon dan transisi energi, namun juga meningkatkan perekonomian masyarakat secara langsung.

"Program uji coba cofiring ini memberikan banyak manfaat, dari sisi korporasi maupun juga dari sisi masyarakat, yang mana program ini turut meningkatkan penghasilan bagi masyarakat dengan memasok sawdust ke PLTU Ombilin," ujar Edwin.

Idris, warga Desa Tanjung Kalieng, Kamang Baru, Kabupaten Sijunjung, mengatakan dengan adanya pemanfaatan serbuk kayu melalui program cofiring, telah memberikan beragam keuntungan.

Biasanya serbuk kayu tersebut hanya menjadi limbah, tetapi kini sampah tersebut memiliki nilai ekonomi, sehingga masyarakat memiliki penghasilan tambahan.

"Dengan adanya program ujicoba cofiring dari PLTU Ombilin ini sangat menguntungkan bagi kami selaku masyarakat, selain tidak lagi menjadi tumpukan limbah yang menggunung dan pemanfaatan limbah ini juga dapat mengurangi potensi polusi, di mana dulunya kami mempunyai kebiasaan melakukan pembakaran untuk mengurangi tumpukan di sawmill, kami dapat menjualnya sebagai tambahan penghasilan bagi anggota kelompok yang bekerja disini," sebut Idris.

Baca juga: PT Bukit Asam sebut reklamasi dan pascatambang beri nilai tambah
Baca juga: Kemendikbudristek dukung pelestarian Warisan Tambang Batubara Ombilin

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2024