Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menekankan bahwa anak membutuhkan intervensi lengkap sejak dalam kandungan, mulai dari pemenuhan gizi, kesehatan, hingga pendidikan.
"Pola pengasuhan sebetulnya bukan hanya ketika anak lahir, tapi juga saat dalam kandungan. Anak perlu diberikan gizi serta stimulus-stimulus," kata Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kemenko PMK Woro Srihastuti di Jakarta, Rabu.
Pernyataan Woro tersebut disampaikan dalam Seminar Nasional Strategi Investasi PAUD HI Menuju Visi Indonesia Emas 2045 di Kemenko PMK, Jakarta, Rabu.
Woro menjelaskan banyak yang salah persepsi mengenai layanan Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUD HI). Orang tua dan guru menganggap bahwa PAUD HI berhubungan dengan pendidikan semata.
Padahal, PAUD HI berhubungan dengan segala bentuk tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan hingga usia enam tahun.
Menurut dia, intervensi lengkap yang mesti diberikan kepada anak mulai dari gizi, kesehatan, perkembangan otak, kesejahteraan, perlindungan, pengasuhan, hingga pendidikan. Semuanya berjalan secara holistik dalam tumbuh kembang anak.
Perkembangan dimulai sejak masih dalam janin. Janin harus diberi asupan gizi, karena berhubungan dengan perkembangan otak ke depannya. Karena perkembangan otak ini akan berpengaruh pada kesehatan, emosi, serta tingkat kecerdasan anak.
"Imunisasi dasar lengkap saja minimal harus. Karena menjadi daya tahan tubuh mereka, termasuk nanti ketika bicara fisik dan motorik," kata dia.
Baca juga: Pemerintah akan orkestrasi program PAUD HI demi Indonesia Emas 2045
Baca juga: Kemenko PMK: Peran labkesmas berkontribusi wujudkan Indonesia Emas
Otak yang berkembang hingga usia lima tahun akan lebih banyak menyerap stimulus yang diberikan oleh orang tua. Maka dari itu, anak-anak harus diberikan input yang positif sehingga dapat membentuk emosi positif ketika mereka beranjak remaja.
Kemudian pengasuhan, Woro menekankan bahwa pengasuhan menjadi salah satu unsur penting juga dalam membentuk karakter anak. Anak-anak harus terhindar dari segala bentuk kekerasan di dalam rumah dan lingkungan sekitar.
Di samping itu, anak-anak jangan diberikan input yang justru membuat emosinya tidak stabil. Ia mencontohkan seperti pemberian gadget yang justru bukan memberikan perkembangan pada otaknya, malah lebih banyak implikasi negatif yang ditimbulkan.
"Ini sangat kompleks karena melibatkan berbagai kementerian/lembaga seperti Kemenkes, Bappenas, KPPA, BKKBN, hingga Kemendikbud dalam layanan PAUD HI ini," kata dia.
Masalahnya, kata Woro, ketika berada di level daerah, layanan PAUD HI masih berjalan sendiri-sendiri antarlembaga. Sehingga perlu adanya pengarah atau "leading sector" yang bisa menyelaraskan dari setiap layanan PAUD HI.
Sebelumnya, Wakil Rektor II Universitas Veteran Jakarta Netti Herawati menyoroti masih banyak orang tua maupun guru yang belum mengerti akan konsep PAUD HI. Konsep tersebut masih banyak diartikan sebagai pendidikan usia dini, padahal pendidikan adalah salah satu bagian PAUD HI.
Pemahaman ini harus diluruskan, agar anak-anak mendapatkan kebutuhan esensial secara holistik demi tumbuh kembang serta dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.
"Anak-anak butuh diberikan intervensi lengkap. Pendidikan yang diberikan tanpa gizi, otaknya tidak akan memprosesnya. Pendidikan itu penting tapi pintu untuk masuk stimulasi adalah gizi dan kesehatan. Yang kedua pengasuhan, kalau anak stres maka otak mereka akan membloking," kata dia.
Baca juga: BPOM: Intervensi tumbuh kembang anak tak selalu harus melalui suplemen
Baca juga: Menkes: Jangan tunggu anak stunting, intervensi sejak di hulu
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024