Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan Universitas Tsinghua China guna memperkuat ekosistem vaksin dan genomik kedua negara, sebagai kelanjutan dari rencana aksi bersama dalam bidang kesehatan.     

Dalam siaran di Jakarta, Rabu, Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Lucia Rizka Andalusia mengatakan bahwa pihaknya tengah mengembangkan pelayanan kesehatan nasional melalui sejumlah strategi, seperti partisipasi di organisasi-organisasi global, uji klinis, pembangunan pusat-pusat riset, serta melalui inisiatif Biomedical Genome Science Initiative (BGSI).  

"BGSI bertujuan untuk meningkatkan pengobatan presisi dengan mengintegrasikan pemahaman tentang genomik dengan pelayanan kesehatan. Tujuan-tujuan kami adalah meningkatkan kontrol dan surveilans penyakit secara nasional, serta mendukung pengembangan produk-produk kesehatan yang berkualitas tinggi dan efektif. Tujuan-tujuan ini tentu dapat diperkuat kelalui kerjasama," katanya.

Lucia menyebutkan, mereka sadar bahwa kemajuan serta dampak yang berkelanjutan adalah hasil dari kolaborasi di mana pihak yang terlibat menggabungkan berbagai sumber dayanya, berbagi ilmu, serta melakukan transfer teknologi.

Oleh karena itu, pihaknya senang bekerja sama dengan Universitas Tsinghua, yang dapat membantu memperluas akses ke produk-produk kesehatan yang berkualitas, aman, dan efektif.

"Pada acara hari ini, akan ada peresmian Pusat Riset dan Pengembangan Bersama untuk Vaksin dan Genomik. Saya berharap peresmian ini akan menginisiasi lebih banyak riset vaksin dan genomik, yang krusial dalam memperluas akses ke vaksin dan obat bagi warga," katanya.

Ahli Senior bidang kooperasi internasional Universitas Tsinghua Liu Yinghui mengatakan bahwa Indonesia merupakan satu anggota yang sangat penting dalam Prakarsa Sabuk dan Jalan, sehingga mereka begitu menghargai kolaborasi tersebut.

Liu mendukung kolaborasi internasional di mana kedua negara membentuk tim dan mempromosikan pertukaran ilmu serta pengadaan seminar-seminar.

"Saya berharap kolaborasi ini akan memberikan suatu hasil yang kuat, konkret, dan produktif, yang akan menguntungkan warga di kedua negara, bahkan bagus bagi kesehatan publik secara global," katanya.

Adapun Ketua Pusat Riset Vaksin dan Genomik Indonesia-China Linqi Zhang mengatakan, sejak 2020 ketika nota kesepahaman antara Kementerian Kesehatan RI dan Kementerian Sains dan Teknologi China ditandatangani, kedua negara bekerja sama membangun pusat riset bersama guna menghadapi masalah kesehatan di kedua negara.

"Simposium hari ini penting untuk meningkatkan kolaborasi setingkat lebih jauh, untuk berkomunikasi secara tatap muka. Dan dengan komunikasi itu, kita bisa mengidentifikasi area kolaborasi yang menjadi kunci," katanya.

Dengan demikian, kata Linqi, komunikasi tersebut dapat membantu para ilmuwan serta industri terkait di kedua negara untuk fokus pada aspek-aspek yang penting bagi kesehatan warga di kedua negara.

Baca juga: Kemenkes sebut belum ada urgensi vaksin Mpox massal bagi publik
Baca juga: Tsinghua University luncurkan mobil lab COVID-19 berbasis 5G
Baca juga: Menlu pelajari lompatan ekonomi China dari Tsinghua University

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024