Jakarta (ANTARA News) - Pensiunan dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Bandung, Drs Adjat Sakri, MSc (77) mendapatkan anugerah doktor honoris causa (Dr HC) bidang ilmu bahasa Indonesia dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Penganugerahan Dr HC itu diberikan oleh Rektor UNJ Dr Bedjo Sujanto, MPd dalam Sidang Terbuka Senat UNJ yang disaksikan oleh promotor pemberian gelar itu Prof Dr Sabarti Akhadiah MK di Jakarta, Jumat. Rektor dalam sambutannya mengatakan, pemberian gelar Dr HC kepada Adjat Sakri yang sejak 1984 sampai saat ini aktif sebagai pengelola program penataran penulisan dan penerjemahan buku ajar perguruan tinggi Ditjen Dikti Depdiknas itu didasarkan bahwa ia seorang ahli bahasa dalam ilmu bahasa Indonesia yang dikenal di tingkat nasional dan regional. "Keteladanan, keyakinan dan ketelitian yang ditampilkan promovendus selama ini sangat mempengaruhi perilaku dan kemampuan para guru, dosen dalam pengembangan dan penggunaan bahasa Indonesia," katanya. Dia berharap, pemberian gelar tersebut akan membawa konsekuensi bagi yang bersangkutan untuk terus menjadi ilmuwan dan mengembangkan ilmu bahasa Indonesia serta dapat membawa dampak positif bagi lingkungan masyarakat perguruan tinggi. Promotor pemberian gelar itu Prof Dr Sabarti Akhadiah MK mengatakan, karya nyata yang dihasilkan promovendus mendapatkan Dr HC, yakni mengubah pola pikir komunitas ilmiah tentang bahasa Indonesia dan kemamapuan bahasa sebagai sarana ilmu. Karya lain yakni mendorong tumbuhnya upaya peningkatan kemampuan menulis dan menerjemahkan buku ajar di perguruan tinggi, penyusunan kamus multibahasa, pengembangan program penerjemahan dengan komputer serta pembukaan program studi penerjemahan di beberapa perguruan tinggi. "Promovendus secara tidak langsung telah berupaya meningkatkan hasil belajar dan hasil pendidikan melalui buku ajar yang lebih mudah dipahami," katanya. Sementara itu, Promevendus Adjat Sakri menyambut baik atas pemberian penghargaan Dr HC dari UNJ yang didasarkan atas karya ilmiah dan pengabdianya selama puluhan tahun menjadi penatar dan penerjemah buku ajar untuk perguruan tinggi. "Penyelengggaraan penataran penulisan buku ajar oleh Ditjen Dikti Depdiknas merupakan langkah yang baik untuk membekali dosen negeri dan swasta tentang cara menulis buku ajar yang rapi dengan bahasa yang tertib dan mudah dipahami," ujarnya. Pria kelahiran Tasikmalaya, 15 Februari 1929 yang menyelesaikan pendidikan S-1 di FSRD ITB Bandung (1961) dan S-2 bidang komunikasi dari Universitas New York, AS (1964) itu mengaku kebutuhan terjemahan buku ajar kuliah saat ini diperlukan karena sebagian besar mahasiswa dan dosen Indonesia belum menguasai bahasa asing.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006