Makassar (ANTARA News) - Calon anggota DPR-RI dari Partai Nasional Demokrat (Nasdem) sangat kecewa dengan hasil Pemilu Legislatif 2014 karena suaranya tergerus sekitar 60 persen.

"Pemilu ini tidak lebih baik dari tahun 2009, makanya kenapa sampai ada gerakan Koalisi Caleg Konstitusional," ujarnya saat menggelar jumpa wartawan di Makassar, Minggu.

Akbar menilai tergerusnya suara dia hingga 60 persen di Kabupaten Wajo itu karena praktik politik yang tidak lagi mengedepankan asas langsung, bebas dan rahasia, melainkan lebih kepada praktik-praktik kotor dari segelintir calon legislatif yang menggunakan segala cara demi meraih suara.

"Mengikuti prosesnya saja sudah main curang, apalagi kalau terpilih. Hari ini kami menggelar konferensi pers hanya untuk mengungkap kecurangan-kecurangan yang terjadi selama pemilu dan semua saksi-saksi dan alat buktinya telah selesai kita kumpulkan," katanya.

Akbar masih yakin akan meraih satu kursi DPR-RI dari daerah pemilihannya itu, namun tetap kecewa tidak mendapat suarat signifikan di kampung halamannya di Kabupaten Wajo.

Sebelum ini Lembaga survei Celebes Research Centre (CRC) menyebutkan Akbar Faisal akan menang mutlak di Wajo.

"Kalau orang-orang biasanya menggunakan istilah serangan fajar sekarang sudah berubah menjadi serangan bertubi-tubi yang membuat masyarakat langsung cerdas memilih berdasarkan pesanan," kata Akbar.

Caleg dari Dapil II Sulsel yang meliputi Kabupaten Maros, Pangkep, Barru, Parepare, Wajo, Soppeng dan Kabupaten Bone itu mengaku semua saksi dan alat bukti yang dimilikinya sudah diserahkan kepada Panitia Pengawas.

Jika Panitia Pengawas mendapati ada kecurangan maka caleg yang lolos dan meraih suara terbanyak bisa didiskualifikasi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

"Kita sudah laporkan ke Panwas dan KPU supaya ini bisa menjadi pembelajaran kepada masyarakat dan yang terpenting caleg yang curang bisa didiskualifikasi," jelasnya.

Pewarta: Muh Hasanuddin
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014