Moskow (ANTARA) - Penangkapan CEO Telegram Pavel Durov dinilai sebagai pernyataan perang antara Amerika Serikat dan platform-platform opini publik yang belum dapat dikendalikan oleh Washington.

Hal itu dikatakan oleh Kim "Dotcom" Schmitz, pendiri dua layanan berbagi berkas, Megaupload dan Mega, pada Selasa.

“AS telah menyatakan perang pada bagian-bagian internet yang tidak berada di bawah kendali mereka,” kata Dotcom. "Mereka tidak nyaman dengan Telegram, yang menjadi sumber utama kebenaran soal apa yang sebenarnya terjadi di Ukraina."

Menurut Dotcom, Pemerintah AS sedang melakukan perang proksi melawan Rusia di Ukraina dan berusaha menghentikan ekspansi BRICS, kelompok lima negara yang terdiri dari Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.

Dotcom memperingatkan bahwa AS akan memaksa Durov untuk menyerahkan kunci enkripsi Telegram, seperti yang terjadi pada Mega.

“Dia dituduh melakukan konspirasi sebagai anggota ‘kelompok’ kejahatan. Artinya, tim yang kini mengelola Telegram harus membuat kesepakatan atau menghadapi tuntutan yang sama,” katanya.

"Mereka akan membuat kesepakatan," kata Dotcom.

Durov, pria kelahiran Rusia yang memiliki kewarganegaraan ganda, ditahan di Paris pada Sabtu atas tuduhan penggunaan aplikasi pesan Telegram untuk kejahatan, termasuk terorisme, perdagangan narkoba, pencucian uang, dan penipuan.

Kantor Jaksa Agung Paris menyatakan bahwa dia mungkin tetap ditahan polisi hingga 28 Agustus.

Baca juga: Profil-Pavel Durov: Pendiri dan CEO Telegram dengan 4 kewarganegaraan
Baca juga: Unduhan Telegram di Prancis dan AS melonjak setelah penahanan Durov
Baca juga: Macron: Penahanan CEO Telegram tidak terkait politik

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024