Ibu-ibu jangan berkecil hati, enggak harus ikan tenggiri, ikan tuna, salmon yang mahal. Ada ikan kembung, ikannya itu sebagai sumber protein yang diperlukan untuk pertumbuhan anak
Jakarta (ANTARA) - Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Pendidikan dan Kesehatan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Amurwani Dwi Lestariningsih meminta masyarakat agar menggunakan sumber pangan lokal untuk diolah menjadi makanan bergizi dan sehat bagi keluarga.

"Ibu-ibu jangan berkecil hati, enggak harus ikan tenggiri, ikan tuna, salmon yang mahal. Ada ikan kembung, ikannya itu sebagai sumber protein yang diperlukan untuk pertumbuhan anak, ikan kembung bisa direbus dibikin broth. Ayam juga begitu. Pelihara ayam sendiri, telurnya bisa diambil, dagingnya bisa dimakan sekeluarga, tulangnya dibikin kaldu broth," kata Amurwani Dwi Lestariningsih di Jakarta, Selasa.

Pihaknya juga meminta masyarakat untuk tidak menggunakan gula, garam, dan lemak secara berlebihan karena akan menjadi faktor risiko terjadinya penyakit tidak menular.

Selain itu, masyarakat diminta menghindari makanan dan minuman kemasan berpemanis buatan.

Dia pun sangat prihatin dengan sejumlah kasus anak yang harus menjalani cuci darah lantaran menderita ginjal bocor.

"Kalau sekarang banyak anak SD, SMP harus cuci darah karena ginjal-nya bocor. Harus mendapat perawatan karena jantungnya bengkak karena diabetes yang tidak terkontrol. Ini kan mencemaskan untuk 10 tahun kemudian, 15 tahun kemudian. Tidak sekarang, tapi kita lihat jangka panjangnya seperti apa," kata Amurwani Dwi Lestariningsih.

Menurut dia, penyebab sejumlah penyakit sillent killer (merenggut nyawa penderitanya secara tiba-tiba) ini patut diwaspadai.

"Anak-anak yang sekarang gagal ginjal, kena diabetes itu prosesnya bukan setahun, dua tahun. Mungkin dari proses yang sangat lama, 5 tahun, 10 tahun lalu, dia makan -bergula tinggi- terus seperti itu, tiba-tiba jantungnya bengkak, tiba-tiba dia enggak bisa apa-apa, ternyata gula-nya sampai 800 mg/dL," kata Amurwani Dwi Lestariningsih.

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024