Jakarta (ANTARA) - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut pentingnya teknologi untuk mengintegrasikan layanan kesehatan primer guna meningkatkan kualitas tenaga kesehatan di posyandu maupun puskesmas.
“Jadi apa yang sedang kami kerjakan bersama Kementerian Kesehatan dan seluruh pemangku kepentingan adalah membuat alat atau sistem yang bisa dipasang di ponsel, sehingga para petugas kesehatan bisa mengambil keputusan untuk pasien dengan bimbingan dari para dokter maupun tenaga kesehatan lain dalam spektrum yang lebih luas,” kata Director Integrated Health Services WHO Rudi Eggers dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.
Rudi menyampaikan pentingnya pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dan mengintegrasikan ribuan pedoman tentang perawatan atau pengobatan pada pasien agar dapat membuat keputusan yang tepat, baik dalam keadaan darurat atau mengedukasi masyarakat di bidang promotif dan preventif.
“Kita selama ini sudah mengandalkan petugas kesehatan yang terus kita tingkatkan kemampuannya melalui pelatihan, tetapi sejak perkembangan teknologi semakin pesat, dunia kesehatan juga menjadi semakin rumit, jadi kita harus beradaptasi untuk mengintegrasikan pedoman-pedoman perawatan kesehatan tersebut dengan pengetahuan-pengetahuan yang diperlukan para tenaga kesehatan dalam satu sistem,” paparnya.
Ia juga menegaskan, pemerintah selaku penyedia layanan kesehatan harus mampu mengakomodasi seluruh kebutuhan masyarakat, tidak hanya satu individu.
“Kita sebagai pemerintah yang menangani layanan kesehatan tidak bisa memberikan layanan individual, kita harus menyediakan layanan yang memenuhi semua kebutuhan masyarakat, dan caranya tentu berbeda-beda,” ucapnya.
Sementara itu, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengemukakan, masih ada kendala untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan di daerah terpencil, sehingga saat ini langkah yang dilakukan pemerintah yakni penguatan di puskesmas pembantu (pustu).
“Untuk daerah terpencil kita memang masih memiliki kendala, ada beberapa puskesmas yang belum ada dokternya, kita akan melakukan evaluasi dan sebisa mungkin memberikan penguatan di pustu,” kata Dante.
Mengenai kader kesehatan, ia menekankan pentingnya memberikan pelatihan agar mereka dapat mengedukasi masyarakat akan pentingnya upaya promotif dan preventif serta mengawal pemberian obat.
“Masalah kader, kalau dulu itu kader tenaga-tenaga yang independen, maka sekarang kita lembagakan, kita beri pelatihan, informasi kesehatan, skill untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, untuk mengawal pemberian obat dan lain sebagainya, dan untuk kader apakah akan diberikan insentif atau tidak, itu masih kita bicarakan,” tuturnya.
Ia menjelaskan, setiap desa memiliki kebijakan berbeda-beda terkait penggunaan dana desa untuk insentif kader, ada yang menggunakan dana desa dengan memberikan dana transportasi, maupun dari anggaran lainnya.
“Kemarin kita waktu mengadakan pemilihan tenaga kader dan tenaga kesehatan teladan nasional, itu kader-kader yang terpilih kita hadiahi motor, sehingga mereka bisa keliling dengan motor tersebut. Mudah-mudahan dengan motivasi semacam itu, kesulitan transportasi atau alam yang ada di daerah remote area bisa ditangani dengan memberikan sistem pendukung yang lebih baik,” ujar dia.
Baca juga: RI kembali aktifkan sistem deteksi dini untuk cegah importasi Mpox
Baca juga: Pemerintah kembangkan labkesmas guna deteksi penyakit lebih dini
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024