sektor energi fosil secara bertahap lapangan kerjanya akan menurun tapi juga ada lapangan kerja baru yang tercipta dari industri energi bersih
Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Institute Essential for Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengungkapkan terdapat potensi penciptaan lapangan kerja baru di sektor energi seiring dengan adanya transisi energi dari fosil menuju energi bersih.

“Ada sektor-sektor, khususnya sektor energi fosil yang secara bertahap lapangan kerjanya akan semakin menurun tapi juga ada lapangan kerja baru yang tercipta dari industri energi bersih ini” ujar Fabby dalam jumpa pers yang digelar secara daring di Jakarta, Selasa.

Ia menyebut tren investasi industri energi fosil semakin menurun dalam 10 tahun terakhir, sehingga pengembangan energi baru terbarukan (EBT) kian terbuka.

Hal ini membuka kesempatan lapangan kerja dalam industri energi bersih. Terlebih berdasarkan kajian IESR, potensi energi terbarukan berupa tenaga surya memiliki potensi yang besar yakni sekitar 20.000 gigawatt.

Dengan potensi energi surya yang bisa menjadi tulang punggung energi Indonesia, maka transisi menuju nol emisi karbon dapat diakselerasi salah satunya dengan mengakhiri operasi PLTU sebelum 2050.

Baca juga: IESR harap Bahlil perkuat komitmen transisi energi menuju NZE 2060

Baca juga: IESR sebut kontribusi EBT pada 2023 capai 500 gigawatt


Lewat pensiun dini PLTU yang tidak dilengkapi penangkap karbon, maka berimplikasi pada kesempatan kerja yang luas bagi anak muda di sektor energi bersih dengan potensi tenaga kerja yang dapat terserap sebanyak 3,2 juta tenaga kerja pada 2050.

“Di mana 1,2 juta di antaranya tercipta dari pekerjaan yang berbasis teknis, dan studi IESR menunjukkan hal yang sama bahwa transisi energi akan menciptakan lapangan kerja yang jauh lebih besar,” tambahnya.

Adapun penyerapan tenaga kerja tersebut bakal berfokus pada industri energi bersih yang meliputi teknologi pembangkit listrik tenaga uap, pembangkit listrik tenaga angin, hingga pemanfaatan bioenergi.

Namun demikian, terdapat tantangan yang harus dihadapi yakni lapangan kerja yang tercipta di sektor industri bersih.

Sektor ini membutuhkan SDM dengan keterampilan dan keahlian tenaga kerja yang memahami soal energi baru terbarukan baik dari sisi teknis dan non teknis hingga dibutuhkan sertifikasi kompetensi terkait EBT.

Pihaknya juga menyoroti soal pemerataan dan kualitas guru vokasi serta fasilitas pendidikan di Indonesia yang berkaitan dengan sektor energi serta berharap pemerintah mampu menghadirkan pendidikan vokasi yang turut mempelajari EBT sehingga dapat menghadirkan fasilitas pelatihan dan pengembangan SDM berkelanjutan.

“Jadi tidak saja di sekolah saja menempuh pendidikan tetapi memiliki keahlian yang dibutuhkan oleh dunia usaha,” pungkasnya.

Baca juga: IESR usul pemerintah belajar transisi energi batu bara dari Shanxi

Baca juga: IESR: Pemanfaatan hidrogen di PLTU Jawa 9-10 layak ditiru


Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024