Jakarta (ANTARA) - Baju adat Jawa Tengah menjadi bagian penting dari kekayaan budaya Indonesia. Setiap elemen dari baju adat ini memiliki makna filosofis tersendiri, mencerminkan nilai-nilai dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Baju adat ini tidak hanya dipakai dalam upacara adat atau perayaan, tetapi juga menjadi simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Jawa Tengah. Dengan memakai baju adat ini, budaya Jawa tengah akan tetap terjaga dan lestari.

Walaupun Jawa Tengah dikenal dengan baju adat batik, ternyata baju adat Jawa Tengah sangat beragam dan memiliki filosofi. Apa saja baju adat Jawa tengah lainnya? Berikut adalah kumpulan baju adat Jawa Tengah lengkap dengan filosofinya.

Baju adat Jawa tengah dan filosofinya

1. Batik


Batik adalah salah satu warisan budaya yang sangat melekat dalam kehidupan masyarakat Jawa Tengah. Sejak tahun 1586, batik disebarluaskan dan dijual dari Surakarta.

Batik dibuat dengan cara tulis tangan, hingga menciptakan motif batik yang beragam. Tiap motif batik memiliki filosofi tersendiri terkait kehidupan masyarakatnya. Jenis-jenis motif batik Jawa Tengah dan filosofinya sebagai berikut.

Batik cakar ayam


Berasal dari namanya yaitu ayam, sehingga terinspirasi dari sifat seekor ayam. Ayam melambangkan pekerja keras dan termasuk hewan yang tidak akan berhenti untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya, bangun pagi untuk berkokok, dan mencari makan.

Maka, para calon pengantin pria biasanya menggunakan motif batik cakar ayam ini. Dengan harapan agar ia selalu bekerja keras untuk kebutuhan rumah tangganya dalam mencari nafkah, banyak rezeki, dan hidup sejahtera sampai keturunan anaknya.

Batik sido wirasat


Batik motif sido wirasat berasal dari Jawa Tengah dan Yogyakarta pada masa Pakubuwono VI tahun 1800an. Batik ini memiliki makna filosofi yakni semua harapan baik dapat terwujud, memiliki kedudukan yang tinggi, dan segala kebutuhannya dapat terpenuhi.

Biasanya batik sido wirasat dipakai saat pernikahan oleh orang tua mempelai wanita, sehingga tersirat menyampaikan makna filosofi tersebut terhadap rumah tangga anaknya kelak.

Batik sido asih


Batik sido asih berasal dari Solo dan biasa digunakan dalam acara pernikahan. Dari kata "sido" yang memiliki arti harapan yang terkabul dan kata "asih" yang memiliki arti mengasihi. Sehingga batik sido asih ini bermakna filosofis supaya kelak memiliki kehidupan yang bahagia dan saling memberikan kasih sayang yang tulus.

2. Kebaya Jawa Tengah


Kebaya adalah baju adat yang sering dikenakan oleh wanita Jawa Tengah. Kebaya biasanya terbuat dari kain tipis dengan motif bordir yang indah, dipadukan dengan kain batik sebagai bawahan. Kebaya Jawa Tengah dominan dengan ciri khas berwarna gelap, seperti warna hitam.

Secara filosofis, kebaya melambangkan keanggunan, kesederhanaan, kesopanan, dan ketaatan. Dalam kebudayaan Jawa, wanita yang mengenakan kebaya dianggap memiliki budi pekerti yang luhur, mampu menjaga martabat serta menjaga kehormatan dirinya dan keluarga.

Kebaya sering digunakan dalam acara formal, seperti pernikahan, perayaan hari besar, wisuda, atau acara penting lainnya. Kini model kebaya sudah berkembang mengikuti zaman dan memiliki banyak variasi, seperti baju adat kebaya untuk wanita berhijab.

3. Beskap


Beskap merupakan baju adat yang digunakan oleh pria. Beskap, baju adat berwarna hitam berkerah lurus tanpa lipatan, biasa dipakai dalam upacara resmi, seperti pernikahan atau upacara adat. Beskap dipadukan dengan kain batik atau jarik, blangkon, dan keris.

Secara filosofis, beskap mencerminkan kehormatan, kewibawaan, dan tanggung jawab. Pria yang mengenakan beskap diharapkan dapat menjalankan peran sebagai pemimpin yang bijaksana dalam mengambil keputusan dan tidak merugikan.

4. Surjan


Salah satu baju adat Jawa Tengah yang kerap digunakan oleh pria yakni baju surjan. Baju surjan hampir mirip dengan baju Beskap, namun memiliki motif garis lurus warna coklat dan hitam serta memiliki kantong saku. Baju ini dipadukan bawahan kain batik dan memakai blangkon sebagai penutup kepala yang dililitkan.

Terkenal dengan identitas budaya Jawa, baju ini memiliki makna filosofi yang mencerminkan jiwa luhur pria Jawa. Kain lurik atau batik merupakan simbol kebudayaan dan kearifan lokal. Enam kancing yang terinspirasi dari jumlah rukun iman sebagai pengingat untuk beriman dan beramal baik.

5. Basahan


Baju adat basahan adalah salah satu baju adat Jawa Tengah yang kerap digunakan dalam upacara-upacara adat, khususnya upacara pernikahan.

Berbeda dengan pakaian adat Jawa lainnya yang lebih formal, basahan memiliki tampilan yang lebih sederhana yang tidak hanya menampilkan keindahan, tetapi juga mengandung makna filosofi yakni kesucian, keagungan, dan kesederhanaan, dan sakralnya pernikahan. Selain itu, harapan menjadi rumah tangga yang bahagia dan harmonis dapat terwujud.

Biasa menggunakan kain bahan katun atau sutra, baju sasahan tidak mengenakan baju atasan atau tidak menutup tubuh bagian atas. Selain itu, baju ini juga sering dipakai dalam ritual siraman atau prosesi pembersihan diri yang dilakukan sebelum pernikahan.

Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024