Jakarta (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menyoroti kesamaan antara Visi Indonesia Emas 2045 dengan Agenda Pembangunan Afrika 2063 yang merupakan penguat kerja sama antara Indonesia dan Afrika, khususnya pada momentum Forum Indonesia-Afrika (IAF) ke-2.

Direktur Afrika Kemlu RI Dewi Justicia Meidiawaty mengatakan, kesamaan visi tersebut meneguhkan tekad kedua belah pihak untuk berkolaborasi dalam membangun masa depan lebih inklusif dan adil.

"Kedua visi ini memiliki kesamaan dalam fokus pada pembangunan manusia, dengan penekanan pada pendidikan, kesehatan, serta pemberdayaan perempuan dan pemuda,” ucap Dewi, sebagaimana pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.

Ia menjelaskan, Visi Indonesia Emas 2045 merupakan rencana jangka panjang yang bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara maju pada peringatan seabad kemerdekaannya dan menjadikan RI kekuatan global yang aktif menjaga perdamaian dunia.

Visi tersebut berfokus pada empat pilar utama, yaitu pembangunan sumber daya manusia, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, pemerintahan yang kuat, dan pemerataan pembangunan, ucap dia.

Di sisi lain, Agenda Pembangunan Afrika 2063 adalah peta jalan strategis yang dirancang oleh Uni Afrika untuk mentransformasi benua tersebut menjadi wilayah yang mandiri, berdaulat, dan kompetitif di tingkat global.

Sementara, Sekretaris Jenderal Kawasan Perdagangan Bebas Afrika (AfCFTA) Wamkele Mene menyatakan, Agenda 2063 merupakan landasan untuk mengoptimalkan potensi Afrika dengan mendorong perdagangan antarnegara dan menciptakan integrasi pasar di kontinen itu.

"Agenda 2063 menjadi kunci untuk mengubah Afrika menjadi kekuatan ekonomi global pada tahun 2063," ucap Wamkele.

Menurutnya, melalui sinergi antara kedua visi besar tersebut, IAF ke-2 tentunya tak akan hanya membahas kemajuan masing-masing, namun juga membahas upaya penguatan kerja sama antara kedua pihak demi kebaikan dunia.

Terlebih, Indonesia dan Afrika memiliki warisan sejarah yang kaya dalam perjuangan melawan kolonialisme, khususnya melalui Konferensi Asia-Afrika 1955 yang menyatukan negara-negara Asia dan Afrika yang kala itu baru merdeka.

"Sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan Afrika sebagai benua dengan potensi pertumbuhan ekonomi yang luar biasa, kolaborasi ini tidak hanya akan memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia dan Afrika, tetapi juga akan menjadi katalisator bagi perubahan global yang lebih luas," kata Sekjen AfCFTA itu.

Baca juga: Indonesia tegaskan komitmen pembangunan dengan negara-negara Afrika
Baca juga: Rwanda: IAF ke-2 beri manfaat bagi Indonesia, negara-negara Afrika
Baca juga: Indonesia angkat empat isu dalam IAF Ke-2, targetkan Rp54 triliun


Pewarta: Nabil Ihsan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2024