Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perdagangan (Kemendag) memberikan izin importasi gula kristal putih kepada Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) sebanyak 350.000 ton yang diperuntukkan sebagai stok gudang.
"Jadi sekarang ini, yang saya perintahkan untuk 350.000 ton tersebut fungsinya adalah untuk iron stock (stok di gudang)," kata Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, saat ditemui di kantornya, di Jakarta, Jumat.
Lutffi menjelaskan, keputusan pemerintah yang menugaskan Perum Bulog untuk melakukan importasi gula sebanyak 350.000 ton tersebut telah diputuskan dalam rapat menteri perekonomian pada akhir 2013 lalu.
"Intinya, pemerintah tidak lagi bisa dipojokkan, karena kita punya stok," ujar Lutfi.
Menurut Lutfi, langkah pemerintah dalam memberikan tugas importasi tersebut bukan untuk menghancurkan harga petani gula di dalam negeri, melainkan lebih sebagai langkah antisipasi dalam upaya agar tidak dipermainkan dengan para spekulan.
"Jadi saya mau ingatkan, bukan untuk menghancurkan harga petani, tapi agar kita tidak dipermainkan dengan spekulan," tegas Lutfi.
Perum Bulog sendiri, beberapa waktu lalu telah mengambil langkah dengan melakukan kesepakatan dengan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) untuk menyerap sebanyak 12.000 ton gula dan nantinya diperkirakan akan ditambah kembali sebanyak 150.000 ton.
Namun, pada prinsipnya Bulog akan lebih mengutamakan pasokan dari dalam negeri terlebih dahulu sebelum melakukan impor, dan apabila harus melakukan impor maka akan dilakukan secara bertahap.
PT RNI telah menjalin kerja sama dengan Perum Bulog terkait dengan pemasokan gula senilai Rp103,2 miliar, yang menyatakan bahwa PT RNI akan memasok 12.000 ton gula tebu dengan harga Rp8.600 per kilogram.
Beberapa waktu lalu, Kementerian Perdagangan menunjuk Perum Bulog untuk mempersiapkan stok gula sebanyak 350.000 ton sebagai upaya untuk menjaga stabilitas harga gula di dalam negeri.
Kementerian Perdagangan telah melakukan perhitungan dan menemukan bahwa hingga akhir Mei 2014 kekurangan dari total kebutuhan gula konsumsi sebesar 122.000 ton, ditambah mundurnya masa panen ke bulan Juli yang mengakibatkan kekosongan sebanyak 220.000 ton.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014