Jakarta (ANTARA News) - Hasil studi terbaru menunjukkan bahwa kecenderungan orang merasa khawatir berhubungan dengan tekanan darah dan baroreseptor refleks kepekaan yang penting dalam stabilisasi tekanan darah dan diaktifkan oleh reseptor di aorta dan arteri karotid.
Hasil studi yang dipimpin oleh para peneliti dari University of Jaén dan University of Granada, Spanyol, menunjukkan bahwa orang bisa secara implisit belajar menaikkan tekanan darah untuk mengurangi ketegangan dan kegelisahan emosional.
Studi-studi sebelumnya menunjukkan bahwa ketika tekanan darah meningkat atau tinggi, persepsi nyeri, keluhan muskuloskeletal dan intensitas respons terhadap stimulus emosi negatif menurun.
"Dua mekanisme fisiologi bisa menjelaskan efek penghambatan tekanan darah pada rasa sakit emosi negatif: opiat--obat yang mempengaruhi kerja otak-- endogen dan stimulasi refleks baroreseptor," kata Gustavo A. Reyes del Paso, penulis utama hasil studi yang dipublikasikan di jurnal Biological Psychology.
Dalam studi itu, para peneliti melibatkan 57 perempuan, 36 di antaranya dengan tingkat kekhawatiran tinggi dan 21 lain dengan tingkat kekhawatiran rendah yang diseleksi dari Penn State Worry Questionnaire, yang mengevaluasi kecenderungan ketakutan umum.
Tekanan darah sistolik dan diastolik serta kepekaan refleks baroreseptor saat istirahat, selama periode khawatir dan selama pembangkitan refleks defensif melalui stimulasi pendengaran intens untuk menghasilkan reaksi emosional negatif para partisipan diukur.
Berkebalikan dengan kemungkinan yang diyakini, hasil penelitian menunjukkan peserta dengan tingkat kekhawatiran rendah punya tekanan darah sistolik dan diastolik lebih tinggi serta sensitivitas refleks baroreseptor yang lebih besar saat istirahat dan selama periode khawatir dibandingkan mereka yang lebih rendah tekanan darahnya.
"Terlebih lagi, selama refleks pembangkitan pertahanan, tekanan darah (sistolik dan diastolik) meningkat akibat derajat yang lebih besar pada peserta dengan tingkat kekhawatiran rendah dibandingkan dengan mereka yang punya kecenderungan tinggi untuk khawatir," tambah Reyes.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kecenderungan kekhawatiran rendah berhubungan dengan tekanan darah yang tinggi dan efisiensi refleks barreseptor, sementara peningkatan kekhawatiran berhubungan dengan tekanan darah yang lebih rendah.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah selama menghadapi stimulasi situasi yang tidak menyenangkan, mengaktifkan baroreseptor yang dapat mengurangi emosi negatif .
"Mekanisme peringanan emosional yang dihasilkan oleh stimulasi refleks baroreseptor dari peningkatan tekanan darah bisa menjelaskan beberapa kasus penting atau utama dari hipertensi yang muncul tanpa sebab," kata para ahli seperti dilansir Medical News Today.
"Seorang individu bisa secara implisit belajar untuk meningkatkan tekanan darah sebagai cara untuk mengurangi tegangan dan kegelisahan emosional".
Meskipun tekanan darah tinggi yang bisa "melindungi" efek dari rasa khawatir dan emosi negatif, para ahli menyoroti bahwa jika hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit jantung yang harus diperangi.
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014