Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk mengaktifkan kembali sistem deteksi dini penyakit menular guna mencegah importasi penyakit Mpox di dalam negeri.

Hal itu disampaikan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin usai menghadiri rapat terbatas bersama Presiden Jokowi di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa.

"Bapak Presiden tadi sudah memutuskan, kita akan aktifkan lagi Electronic Surveillance Card. Dulu dikenal sebagai Pedulilindungi," katanya.

Baca juga: Menkes: Fatalitas cacar monyet di Indonesia rendah & masih terkendali

Dikatakan Budi, upaya tersebut merupakan strategi surveilans yang ditempuh pemerintah dalam merespons kemunculan strain Mpox terbaru yang bernama 1B, karena lebih berisiko mematikan dari strain pendahulunya, 2B.

"Strain 1B ini fatalitasnya lebih tinggi daripada yang sebelumnya, yang ada di Indonesia, di Asia itu umumnya 2B. Jadi rupanya kekhawatirannya lebih, karena adanya varian baru yang fatalitasnya mendekati 10 persen dibandingkan dengan varian lama yang 0,1 persen," katanya.

Metode Electronic Surveillance Card, kata Budi, sama halnya seperti Aplikasi Pedulilindungi yang sebelumnya diterapkan sepanjang periode pandemi COVID-19.

Setiap orang yang datang dari luar negeri, kara Budi, akan memindai kode batang atau QR code, yang merekam riwayat perjalanan, dengan notifikasi warna kuning, hijau, dan merah.

"Kalau hijau, ya nggak usah diapa-apain. Kalau kuning, merah kami lihat suhunya, kalau ternyata memang tinggi dan ada ruam-ruam nanti diambil PCR," katanya.

Kemenkes sudah menyiapkan dua unit mesin PCR yang bisa 30-40 menit mendeteksi gejala Mpox, masing-masing disimpan di Jakarta, Cengkareng, dan Bali.

Baca juga: Pakar sebut penyuluhan kesehatan ke warga langkah kendalikan Mpox

Baca juga: Ikhtiar menanggulangi Mpox


"Lokasi itu dipilih, karena akan ada acara Asia-Afrika Leaders Meeting di Indonesia. Jadi, kalau ada yang kami identifikasi pernah datang di Afrika, suhunya tinggi langsung diambil, langsung dalam waktu singkat bisa lihat apakah dia positif atau tidak," katanya.

Kalau pelaku perjalanan itu dinyatakan positif, kata Budi, langsung dibawa ke fasilitas isolasi yang tersedia di rumah sakit.

"Karena obat-obatan kita sudah siapkan antivirusnya, sudah dikirim ke Bali, juga sebagian ada di Jakarta dan semua reagen-reagen buat PCR, reagen-reagen buat Whole Genome Sequencing-nya sudah kita persiapkan dan lengkap," katanya.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024