Jakarta (ANTARA) - Penerima beasiswa PT Pertamina (Persero) melakukan aksi pelestarian bumi atau Aksi Sobat Bumi dengan mengolah sampah dan menanam ribuan pohon sebagai komitmen untuk menekan emisi karbon.

Presiden Direktur Pertamina Foundation Agus Mashud S. Asngari dalam keterangannya di Jakarta, Selasa menyampaikan bahwa sesuai nama beasiswa, yakni Sobat Bumi, para penerima beasiswa didorong sejak dini untuk menjadi green leader, yang tidak hanya sukses melainkan membawa dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.

"Setahun dua kali, pada momen kemerdekaan Indonesia dan ulang tahun Pertamina, kami mewajibkan mereka melakukan Aksi Sobat Bumi untuk mendukung komitmen Pertamina dalam melestarikan bumi, terutama menekan emisi karbon," ucap Agus.

Baca juga: Pertamina jajaki kerja sama pada Forum Bisnis Indonesia-AS

Selain itu, kata Agus, mereka juga dilatih untuk membangun jejaring karena pihaknya mewajibkan untuk melakukan aksi bersama komunitas-komunitas lingkungan dan masyarakat lokal.

"Dengan begitu, mereka akan memiliki skill-set yang lengkap untuk menjadi green leader," kata Agus.

Untuk diketahui, green leadership generasi muda memiliki peran penting pada pencapaian visi Indonesia Emas 2045. Mendukung hal tersebut, Pertamina melalui Pertamina Foundation mewajibkan para penerima beasiswa yang tersebar dari Sumatera hingga Papua untuk melakukan aksi pelestarian bumi, Aksi Sobat Bumi.

Bertema "Tanam Harapan untuk Nusantara Baru", para penerima beasiswa melakukan tiga jenis Aksi Sobat Bumi, yaitu aksi penanaman mangrove, aksi penanaman pohon daratan serta aksi pungut dan olah sampah yang dimulai dari tanggal 15 hingga 25 Agustus 2024.

Baca juga: Pertamina lakukan "groundbreaking" area penyangga Kilang Balongan

Untuk Aksi Sobat Bumi di 2024 ini, para penerima beasiswa menanam 8.180 bibit mangrove dan 1.155 bibit pohon daratan yang memiliki penyerapan karbon tinggi, di antaranya pohon kencana, pohon trembesi, dan mahoni.

Selain penanaman, para penerima juga mengumpulkan 7,2 ton sampah dan membuat berbagai produk daur ulang, yakni ecobrick, pupuk organik, dan kerajinan seperti kursi dari botol plastik, ecoenzyme serta kerajinan tangan berupa topi dan tas.

Sementara itu, Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengapresiasi Aksi Sobat Bumi karena mampu mewujudkan masa depan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Menurut dia, Aksi Sobat Bumi bukan hanya tentang menanam pohon dan mengolah sampah, tetapi juga tentang membangun kesadaran kolektif dan membentuk budaya keberlanjutan serta pentingnya kolaborasi lintas sektoral dalam mewujudkannya.

"Inilah bentuk komitmen dan kontribusi nyata Pertamina untuk menciptakan masa depan yang lebih hijau dan sehat bagi generasi selanjutnya yang selaras dengan poin-poin sustainable development goals," ujar Fadjar.

Salah satu Aksi Sobat Bumi dilakukan oleh para penerima beasiswa asal Natuna yang mengenyam pendidikan di Universitas Pertamina. Bersama Pemerintah Kabupaten Natuna, Kodim 0318 Natuna, dan Bhabinkamtibmas, mereka menanam 1.000 pohon mangrove di Jalan Pering-Penagi, Kecamatan Bunguran Timur, Natuna, Kepulauan Riau.

Selain di Natuna, ada juga aksi yang dilakukan oleh para penerima beasiswa dari Universitas Cenderawasih. Mereka bersama siswa-siswi dari SMAN 1 Jayapura dan Korem, mengumpulkan sampah total 50 kg di Venue Dayung, Teluk Youtefa, Jayapura serta memberikan edukasi kepada para siswa dan masyarakat terkait pembuatan ecobrick.

"Aksi ini seru banget karena kami bisa terjun langsung ke lapangan bersama teman-teman generasi muda, berkolaborasi, dan mengedukasi masyarakat tentang pengolahan sampah agar lingkungan mereka menjadi bersih. Lewat Beasiswa Pertamina Sobat Bumi, kami bisa mendapatkan pengalaman berharga ini," kata Priscilia Septira Tangdiayu, penerima Beasiwa Pertamina Sobat Bumi asal Universitas Cenderawasih.

Dengan adanya Aksi Sobat Bumi, Beasiswa Pertamina Sobat Bumi tidak hanya menjadi program yang mendukung pencapaian sustainable development goals (SDGs) poin ke-4 (pendidikan berkualitas) melainkan juga poin ke-13 (penanganan perubahan iklim) serta berkontribusi pada pencapaian net zero emission (NZE) 2060 atau lebih cepat.

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2024