Tiga partai yang hasil sementara dinyatakan unggul PDIP, Golkar dan Gerinda butuh dukungan partai Islam dalam pencapresan,"

Medan (ANTARA News) - Pengamat politik di Sumatera Utara, Shohibul Anshor Siregar menilai partai-partai dengan dukungan kuat pemilih Islam, meski tidak mencuat dalam perolehan suara di Pemilu Legislatif akan memiliki nilai jual tinggi diperebutkan partai besar dalam pemenangan calon presiden.

"Tiga partai yang hasil sementara dinyatakan unggul PDIP, Golkar dan Gerinda butuh dukungan partai Islam dalam pencapresan," katanya di Medan, kamis.

Menurut Dosen Sosiologi Politik FISIP Universitas Muhammadiyah itu, ketergantungan pada peran partai berbasis dukungan Islam seperti PPP, PKS, PAN, PBB dan PKB itu bukan hanya untuk menggenapkan persentase untuk koalisi pencapresan saja, tetapi untuk proyeksi kemenangan.

Untuk itu, kata dia, figur capres bisa saja muncul atas rekomendasi para partai itu.

"Tapi melihat kondisi saat ini, dimana tidak ada figur yang kuat atau menonjol, kecil kemungkinan ada gerakan poros tengah seperti yang pernah terjadi atas inisiatif Amien Rais. Padahal ketika itu Amien Rais bukan salah seorang dari figur yang berkepentingan dan dipasarkan sebagai presiden atau wakil presiden,"katanya.

Oleh karena itu, kata dia, partai bernasis dukungan Islam itu paling berkemungkinan besar hanya memperoleh peluang mengajukan calon wakil presiden.

Demokrat Masih Kuat

Mengenai posisi Partai Demokrat, kata dia, dinilai masih memiliki peran penentu juga karena dengan jumlah perolehan suaranya, menempatkan partai itu sebagai yang terkuat di papan tengah.

Dia menilai, ungkapan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhorono yang menyebutkan "tidak ada yang tidak mungkin di dalam politik" akan mengarah pada koalisi dengan pengukuran paling strategis dengan pertimbangan dua hal yakni peluang menang dan pasal-pasal kesepakatan dalam banyak hal atau tidak sebatas dengan power sharing.

"Langkah itu semakin diyakini melihat, fakta bahwa perolehan suara PDIP juga tidak memenuhi target atau sesuai rencana proyeksi "Jokowi Effect" yakni di atas 27 persen.

Saat inipun, kata dia, belum diketahui pasti apakah Jokowi tetap dianggap "gavourable" bagi PDIP sebagai calon presiden, mengingat yang merekomendasikan dahulu, bukanlah partai tetapi Megawati Soekarnoputri.

(E016/M019)

Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014