Untuk mengantisipasi longsor di jalur kereta api di kawasan lembah, kuncinya ada pada tata kelola air,"
Jakarta (ANTARA News) - Peneliti pada Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Adrin Tohari mengatakan perlunya tata kelola air yang baik di lembah-lembah yang menjadi jalur kereta api guna mengantisipasi terjadinya longsor.
"Untuk mengantisipasi longsor di jalur kereta api di kawasan lembah, kuncinya ada pada tata kelola air," kata Adrin di Media Center Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan bahwa jenis batuan dan pola rekahan juga menjadi pemicu longsor. Batuan vulkanik merupakan batuan muda yang rentan menyebabkan longsor karena kekuatannya rendah.
"Sehingga bila ada proses penjenuhan maka batuan menjadi rentan menyebabkan longsor. Sedangkan rekahan yang terisi air dapat menghasilkan daya yang juga memicu terjadinya longsor," ujar dia.
Selain itu, Adrin mengatakan morfologi suatu daerah juga dapat memicu terjadinya longsor. Morfologi perbukitan dengan lereng yang terjal dan lembah juga menjadi tempat rawan yang menimbulkan longsor, terutama jika tata kelola air tidak dilakukan dengan baik.
"Kejadian di Tasikmalaya, air mengalir mengarah ke lembah ke lokasi rel kereta api. Ini yang memicu longsor," ujar dia.
Menurut dia, aktivitas manusia di sekitar jalur kereta api juga dapat menjadi pemicu terjadinya longsor. Sebagai contoh pembuatan kolam ikan, persawahan, perkebunan yang selalu membutuhkan air dalam jumlah banyak sehingga bisa memicu terjadinya longsor.
Kepala Pusat Penelitian Fisika LIPI Bambang Widiyatmoko mengatakan antisipasi bencana melalui monitoring secara berkelanjutan menjadi hal yang harus terus dilakukan.
Karenanya, menurut dia, peningkatan kemampuan memonitor dengan pengembangan peralatan monitoring yang mampu mendeteksi gejala fisis penyebab bencana seperti tanah longsor dapat dikehui secara dini menjadi penting, meski secara keekonomian tidak populer.
"Sehingga korban akibat kecelakaan atau bencana bisa diminimalkan dan dicegah apabila dapat diprediksi secara akurat dengan sistem monitoring yang berkelanjutan," ujar dia.
Sementara itu, Plt Direktur Keselamatan Dirjen Perkerataapian Kementerian Perhubungan Hanggoro Budi Wiryawan mengatakan pihaknya sudah melakukan beberapa upaya sebagai bentuk pencegahan yang sifatnya manual.
Setiap hari, menurut dia, ada dua petugas yang akan mendatangi lokasi-lokasi yang dianggap rawan untuk pemeriksaan pada pagi dan malam hari. Bahkan untuk daerah-daerah yang benar-benar dianggap rawan terjadi longsor pengecekan dilakukan tiga kali dalam satu hari.
"Caranya memang konvensional. Jika ada alat-alat yang dapat diinstal (mendeteksi dini bencana longsor) di sana kami harap kecelakaan tidak terjadi lagi," ujar dia.
(V002/I007)
Pewarta: Virna P
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014