Kami berharap program ini dapat direplikasi di sekolah-sekolah lain dan masyarakat yang lebih luas.
Jakarta (ANTARA) - Tim Pengabdian Masyarakat Klaster Riset Inovasi Hijau, Produksi-Konsumsi Berkelanjutan dan Energi Terbarukan Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI) menggelar pelatihan pengomposan sampah organik di SMA Negeri 8 Depok, Jawa Barat.

Menurut Sri Wahyono, Perwakilan Tim Pengabdian Masyarakat SIL UI, kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan kota dan komunitas yang berkelanjutan serta mengatasi perubahan iklim.

“Kami berharap program ini dapat direplikasi di sekolah-sekolah lain dan masyarakat yang lebih luas,” ujarnya dalam keterangan pers, di Jakarta, Senin.

Kegiatan yang mendapat dukungan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok itu diikuti 300 orang siswa yang didampingi para guru SMAN 8 Depok.

Para peserta diberikan materi berupa teori dan praktik metode pengomposan sampah organik dengan komposter aerobik, pembuatan eco-enzyme dengan fermentor inovatif, dan pembuatan lubang resapan biopori.

Sri menjelaskan, sampah organik, baik itu sampah kebun (green waste) maupun sampah makanan (foodwaste) adalah sumber emisi gas metana (salah satu gas rumah kaca) dari sektor limbah yang jumlahnya cukup signifikan terutama ketika hanya ditimbun di tempat pemrosesan akhir sampah (TPA).

Padahal sampah organik itu apabila dipilah dan diolah dapat menjadi sumber daya yang bernilai yaitu menjadi pupuk organik kompos, pupuk organik cair, dan eco-enzyme.

“Kegiatan pengolahan sampah organik yang masif juga dapat mengurangi sampah yang dibuang ke TPA hingga 50 persen lebih, sehingga akan meningkatkan efisiensi pengangkutan sampah dan memperpanjang umur TPA,” katanya.

Kota Depok adalah salah satu kota saat ini mengalami permasalahan sampah yang cukup berat karena TPA Cipayung sudah kelebihan kapasitas dan sering longsor, sehingga mengganggu aliran Sungai Pesanggrahan yang ada di sebelahnya. Karena itu, diperlukan upaya kolaborasi seluruh pihak untuk menangani sampahnya secara mandiri.

“Sekolah adalah salah satu institusi yang menjadi sumber sampah, sehingga perlu berpartisipasi dalam pengelolaan sampahnya secara mandiri,” ujar Sri pula.

Menurut Sri, teknologi tepat guna pengolahan sampah organik perlu diperkenalkan kepada para siswa, baik berupa teori maupun praktiknya sehingga memberi bekal pada para siswa akan keterampilan mengolah sampah baik di sekolah maupun di rumahnya masing-masing.

Agus Suparman, Kepala SMAN 8 Depok mengatakan sebagai sekolah yang telah mendapatkan predikat Sekolah Adiwiyata, pihaknya berkomitmen untuk terus mendukung pelestarian lingkungan dengan mengintegrasikan praktik pengelolaan sampah organik di sekolah.

“Kami berharap kegiatan ini bermanfaat bagi para siswa dan pengelola sekolah dalam mengurangi sampah organik dan mengubah perilaku berikut meningkatnya kesadaran akan pentingnya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan,” katanya pula.
Baca juga: Ahli: pemilahan sampah dari sumber dan pengomposan untuk zero waste
Baca juga: Iriana Joko Widodo lakukan pengomposan sampah organik di Tampaksiring

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024