Jakarta (ANTARA News) - PT. Bintan Alumina Indonesia bekerja sama dengan perusahaan Tiongkok, Nanshan Group, telah memulai pembangunan pengolahan dan pemurnian (smelter) bauksit di Bintan, Kepulauan Riau, dengan investasi senilai Rp11 triliun atau satu milliar dolar AS.
Pemasangan tiang pancang pertama (ground breaking) smelter yang berkapasitas 2,1 juta ton alumina ini dijadwalkan pada Mei 2014. "Kapasitas produksi 2,1 juta ton itu tentunya akan bertahap, dengan rencana pembangunan selesai 2017. Smelter ini akan mengolah bauksit ke alumina," kata Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Harjanto di Jakarta, Kamis.
Harjanto menjelaskan, setelah satu tahun pembangunan yang dimulai pada 2014 ini, smelter sudah dapat menghasilkan alumina dengan kapasitas 700 ribu ton, kemudian secara bertahap menjadi 1,4 juta ton pada 2016 dan pada 2018 atau setelah satu tahun beroperasi penuh mencapai total kapasitas produksi sebesar 2,1 juta ton.
Direktur PT. Bintan Alumina Indonesia Santony mengatakan kemitraan dengan investor China dalam pengoperasian smelter ini akan menyerap tenaga kerja sebanyak 2500 orang.
Penggunaan alumina hasil dari smelter ini akan dialokasikan untuk pasar dalam negeri dan juga diekspor.
"(Ground breaking) sekitar Mei ini. Menperin MS Hidayat akan meninjau ground breaking itu," ujar dia.
Namun, Santony masih enggan menjelaskan mengenai porsi kepemilikan saham antara Bintan Alumina dan Nanshan.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014