Jadi masih cross-check sampai saat ini. Jadi kita tidak sembarangan menempatkan mereka. Karena saya nggak mau ada yang nyusup-nyusup yang tidak bertanggung jawab
Jayapura, Papua (ANTARA) - Kementerian Sosial dan Keuskupan Jayapura bekerja sama membangun 72 rumah di Koya Timur, Muara Tami, Kota Jayapura, Papua sebagai salah satu upaya guna memberdayakan sejumlah keluarga yang terdampak bencana alam.

Staf Khusus Menteri Sosial Bidang Komunikasi dan Media Massa Don Rozano Sigit Prakoeswa mengatakan dalam kunjungannya untuk peninjauan di Papua, Senin, bahwa rumah-rumah yang dibangun memiliki kualitas yang baik, dan mereka tengah menyelesaikan sejumlah fasilitas, yakni kelistrikan serta saluran airnya.

Baca juga: Kemensos kirim tim untuk petakan mitigasi gempa megathrust di Mentawai

"Listriknya kita mau menggunakan solar cell, LTS, listrik tenaga surya. Terus kemudian airnya itu lagi dilihat sama teman-teman, kita harus ngecek juga. Sudah ada dua sumber, salah satu sumber sudah dicek, memang butuh treatment untuk kemudian didistribusikan. Baik sebagai air bersih maupun nanti ada stesen khusus yang untuk air minum," kata Don.

Rumah-rumah tersebut merupakan tipe 36, dan dibangun di tanah seluas 26.091 meter persegi.

Selain rumah, katanya, bantuan pemberdayaan yang akan diberikan yakni untuk peternakan babi, ayam, perkebunan, perikanan, dan lain-lain.

Dalam pembangunan perumahan tersebut, katanya, mereka dibantu oleh relawan dari sejumlah universitas, seperti Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Telkom Surabaya. Adapun Kementerian Sosial menyerahkan optimalisasi penggunaan perumahan tersebut ke Keuskupan Jayapura.

Baca juga: Mensos apresiasi guru yang sukarela mengajar anak Suku Anak Dalam

Komisi Perumahan dan Pertanahan Keuskupan Jayapura Hilarius Warsita mengatakan, pihaknya bertugas untuk mendampingi dalam proses relokasi serta pemberdayaan warga. Warsita menyebut bahwa mereka memastikan bahwa keluarga yang akan menghuni rumah tersebut betul-betul membutuhkan bantuan.

Selain itu, ujarnya, warga yang akan menghuni juga harus produktif, dan jika tidak maka akan diminta untuk pindah, dan keluarga lain akan menghuni.

"Jadi masih cross-check sampai saat ini. Jadi kita tidak sembarangan menempatkan mereka. Karena saya nggak mau ada yang nyusup-nyusup yang tidak bertanggung jawab," katanya.

Dia mengatakan, proses pembuatan rumah tersebut selama lima bulan.

Baca juga: Mensos pastikan data Suku Anak Dalam rampung sebelum jabatan berakhir

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024